Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Airlangga Pribadi Kusman
Dosen Universitas Airlangga

Pengajar Departemen Politik FISIP Universitas Airlangga  

Associate Director Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC)  

 

Segitiga Kekuasaan: Bisnis-Politik-Intelektual!

Kompas.com - 13/04/2016, 05:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Polemik reklamasi Pantai Jakarta yang menghangat akhir-akhir ini merupakan sebuah contoh kasus yang amat jelas bagaimana selama ini segenap elite dan aparat negara mengelola kehidupan bernegara.

Berbagai kontroversi muncul sehubungan dengan persoalan penting yakni untuk kepentingan siapakah kebijakan tersebut diambil?

Kentroversi selanjutnya adalah munculnya indikasi persekongkolan bisnis-politik melalui praktik suap yang berujung ditetapkannya anggota DPRD DKI Jakarta M. Sanusi sebagai tersangka kasus suap oleh KPK, dan dicekalnya Bos Agung Sedayu Aguan Sugianto dan Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta Sunny Tanuwidjaya.

Dalam pemaknaan politik sebagai upaya mengelola hidup bersama secara adil dan setara, maka apakah sebuah kebijakan publik telah menjadi manifestasi dari makna politik di atas atau bertentangan dengannya dapat diukur dari tiga hal:

Pertama, siapakah yang diuntungkan dari kebijakan tersebut dan siapakah yang dieksklusikan (disingkirkan) karenanya. Hal ini berhubungan dengan karakter hidup bernegara. Apakah bendera bisnis/privat ataukah bendera publik yang sedang dikerek oleh segenap pembuat kebijakan.

Kedua, mengapa sebuah kebijakan menguntungkan satu kelompok sosial tertentu dan merugikan yang lain. Pertanyaan ini terkait dengan corak kekuasaan yang eksis yakni terkait dengan topangan sosial-material dari kekuasaan, bagaimana relasi sosial dan hubungan imbal-balik antara pemegang otoritas publik dan aliansi sosial yang mendukungnya.

Ketiga, bagaimana persetujuan kolektif dibangun sehingga mendapatkan dukungan bahkan bagi kelompok-kelompok sosial yang dirugikan.

Landasan pengetahuan seperti apakah yang dipakai untuk mendapatkan legitimasi sekaligus menjadi bagian dari pola adaptasi elite politik untuk merawat dan dan mempertahankan kekuasaannya.

Kasus reklamasi Pantai Jakarta adalah sebuah kasus yang terang dan telanjang untuk memahami relasi kebijakan dan politik sesuai dengan ketiga pertanyaan pokok diatas.

Kebijakan Untuk Siapa?

Siapakah yang diuntungkan dan siapakah yang dipinggirkan hak dan kepentingannya dalam reklamasi Pantai Jakarta.

Seperti diutarakan jurnalis Kompas Wisnu Nugroho (Kompas.com, Senin 4 April 2016), jawaban pertanyaan pertama atas siapa yang terutama diuntungkan untuk reklamasi Jakarta yang akan mewujud dalam 17 pulau itu mengarah kepada kepentingan bisnis dari sembilan pengembang.

Baca: Pak Ahok, untuk Siapa Reklamasi Pantai Jakarta?

Pengembang-pengembang tersebut adalah Muara Wisesa Samudra (anak perusahaan APL yang tersangka menyuap anggota DPRD DKI Jakarta M Sanusi), Pelindo II, Manggala Krida Yudha, Taman Harapan Indah, dan Jaladri Kartika Ekapaksi. Lima pengembang ini masing-masing mendapat izin prinsip atas satu pulau.

Sementara empat pengembang lain adalah Jakarta Propertindo (2 pulau), KEK Marunda (2 pulau), Pembangunan Jaya Ancol (4 pulau), Kapuk Naga Indah (5 pulau). Kapuk Naga Indah yang mengembangkan lima pulau adalah anak perusahaan Agung Sedayu Group.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Megapolitan
Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Megapolitan
Warga Minta Pemerintah Bina Pelaku Prostitusi di RTH Tubagus Angke

Warga Minta Pemerintah Bina Pelaku Prostitusi di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Jakarta Disebut Jadi Kota Global, Fahira Idris Sebut   Investasi SDM Kunci Utama

Jakarta Disebut Jadi Kota Global, Fahira Idris Sebut Investasi SDM Kunci Utama

Megapolitan
Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Megapolitan
Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Megapolitan
Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Megapolitan
Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

Megapolitan
DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Megapolitan
Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com