Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selamatkan Sungai, Selamatkan Kota

Kompas.com - 25/04/2016, 19:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Keberadaan belasan sungai di Ibu Kota tak pernah benar-benar disadari warganya. Alih-alih menjadi sumber peradaban kota, sedikitnya 13 sungai di Jakarta baru diingat warganya hanya saat jadi sumber bencana.

Sulit mencari warga Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, yang memiliki ingatan saat Kali Krukut masih bening. Padahal, kali yang membentang 40 kilometer dari Kali Citayam di Bogor, hingga Kali Ciliwung, Jakarta, itu melintasi wilayah mereka.

Kali ini membelah Kelurahan Pela Mampang dan Petogogan sepanjang 2 kilometer. Krukut kini penuh lumpur hasil pengendapan tanah dan sampah. Airnya kecoklatan. Aroma tak sedap muncul di sejumlah tempat di wilayah Kelurahan Petogogan dan Pela Mampang.

Karnisah (58), warga RT 012 RW 005 Kelurahan Pela Mampang, yang tinggal di bantaran Krukut sejak 1987, mengatakan tak pernah melihat kali itu dalam keadaan bersih. Sejak tinggal di sana, warga juga terbiasa membuang limbah rumah tangganya di kali tersebut.

Sepanjang ingatan Karnisah, sejak tinggal di sana, banjir akibat meluapnya Kali Krukut kerap terjadi. Terparah pada 2007, saat air kali meluap hingga setinggi 2 meter di bantaran kali. Namun, setelah banjir besar itu, ia masih melihat warga buang sampah ke kali.

"Mungkin karena belum ada hukumannya, jadi warga asal cemplungin sampah ke kali," katanya lagi.

Alasan membuang sampah ke kali diungkapkan Mariono, warga RT 008 RW 003 Kelurahan Petogogan, yang tinggal dan membangun rumah permanen di bantaran Kali Krukut sejak 1991. Saat pertama kali tinggal di sana, ia mengaku tak punya pilihan tempat lain untuk membuang sampah selain kali.

Hingga awal tahun 2000, tak ada petugas pengangkut sampah di wilayahnya. Saat mayoritas warga membuang sampah ke kali, hal itu tak lagi dianggap sebagai kesalahan.

Anugerah alam

Keberadaan 13 sungai di Jakarta ini sesungguhnya anugerah alam. Menurut ahli sumber daya air Institut Pertanian Bogor (IPB), Kukuh Murti Laksono, pekan lalu, sungai di Jakarta itu sebetulnya kecil-kecil. Hanya Ciliwung yang terbesar.

Secara alami, jika tak dikepung permukiman dan gedung, sungai itu berfungsi sebagai resapan air dan juga penahan intrusi air laut. Sangat bermanfaat bagi Jakarta yang berada di dataran rendah.

Namun, Jakarta yang tumbuh sebagai pusat perekonomian nasional, lanjut Kukuh, terus menjadi magnet urbanisasi. Jumlah penduduk terus membubung. Tanpa pengembangan teknologi pengelolaan air dan sungai, kata Kukuh, kualitas hidup warga akan semakin buruk.

Ahli hidrologi IPB, Hidayat Pawitan, menambahkan, saat ini potensi gelontoran air dari hulu ke Jakarta dengan curah hujan lima tahunan mencapai 2.000 meter kubik per detik. Sebaliknya total kapasitas sungai di Jakarta tidak lebih dari 1.000 meter kubik per detik. "Dibutuhkan rekayasa teknik pengelolaan air karena lahan yang tersedia kian sempit," ujarnya.

Revitalisasi terbaik sungai ini adalah dengan melibatkan warga di sekitarnya. Untuk mendekatkan kembali warga dengan sungai itulah, Kompas akan memulai liputan khusus menelusuri satu per satu dari 13 sungai tersebut dalam beberapa bulan ke depan.

(MDN/HLN/C06/C07)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 25 April 2016, di halaman 1 dengan judul "Selamatkan Sungai, Selamatkan Kota".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Megapolitan
Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Megapolitan
Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Megapolitan
Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Megapolitan
Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Megapolitan
Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Sediakan Alat Pijat dan 'Treadmill' untuk Calon Jemaah Haji

Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Sediakan Alat Pijat dan "Treadmill" untuk Calon Jemaah Haji

Megapolitan
Penampakan Rumah TKP Penusukan Seorang Ibu oleh Remaja Mabuk di Bogor, Sepi dan Tak Ada Garis Polisi

Penampakan Rumah TKP Penusukan Seorang Ibu oleh Remaja Mabuk di Bogor, Sepi dan Tak Ada Garis Polisi

Megapolitan
Anggap Pendaftaran Cagub Independen DKI Formalitas, Dharma Pongrekun: Mustahil Kumpulkan 618.000 Pendukung

Anggap Pendaftaran Cagub Independen DKI Formalitas, Dharma Pongrekun: Mustahil Kumpulkan 618.000 Pendukung

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com