Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Batalnya Konser Ahmad Dhani di KPK dan Panggung Rakyat Tangkap Ahok

Kompas.com - 03/06/2016, 08:00 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gerakan unjuk rasa anti-Ahok kembali muncul. Dengan mengusung tema "Panggung Rakyat Tanggkap Ahok", massa membuat aksi di kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Kuningan, Jakarta.

Sejumlah tokoh nasional disebut hadir. Mulai dari mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Djoko Santoso, Mayjen (Purn) Prijanto, Aktivis Perempuan Ratna Sarumpaet, Musisi ternama Ahmad Dhani, Sri Bintang Pamungkas, Jaya Suprana, Eggie Sudjana, hingga Presiden KSPI Said Iqbal.

Namun, dari jadwal acara yang di mulai Kamis (2/6/2016) pukul 10.00 WIB itu hingga sore hari terlihat muncul batang hidungnya ke KPK hanya Ahmad Dhani, Ratna Sarumpaet dan Said Iqbal. Tokoh lainnya tidak terlihat.

Rupanya, sebelum acara yang rencananya sekaligus dengan pentas musik Ahmad Dhani itu ada insiden dengan aparat berwajib. Ternyata, truk sound system, sebuah mobil dan lima orang kru yang disebut staf Dhani, dini harinya pukul 03.00 WIB ditahan polisi.

Polisi tidak mengizinkan penggunaan truk karena bikin macet. Polisi jugalah yang melarang massa berunjuk rasa di depan gedung lama KPK. Buntutnya, Dhani juga tak jadi tampil di panggung rakyat itu. Panggung Rakyat Tanpa Ahok pun tak jadi digelar.

Dhani menyalahkan polisi sebagai pihak yang membatalkan meski dengan nada guyon.

"Enggak jadi demo hari ini, dibatalkan oleh kepolisian. (Saya mau) ke Polda. Nanti habis ini (balik lagi)," kata Dhani, di samping gedung lama KPK, Jakarta, Jumat (2/6/2016). (Baca: Ahmad Dhani Tak Mau Demo "Tangkap Ahok" di Gedung KPK yang Kosong)

Akhdi martin pratama Tiga unit mobil pengangkut sound system milik musisi Ahmad Dhani diamankan polisi di Mapolda Metro Jaya, Kamis (2/6/2016).

Bawa nama presiden

Tak hanya mobil sound system-nya saja yang ditahan polisi. Ahmad Dhani mengaku, dirinya ditelpon Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti terkait rencana aksi unjuk rasa di gedung KPK. Menurut Dhani, Dirkrimum Polda Metro melarang untuk melakukan demo atas instruksi dari Presiden RI.

"Saya kemarin ditelpon Dirkrimum. Pak Dir bicara ke saya katanya instruksi Presiden enggak boleh demo di KPK," kata Dhani, di samping gedung KPK yang lama, Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (2/6/2016) siang.

Dhani menyatakan keheranannya dengan larangan tersebut. Apalagi larangan itu berasal dari Presiden langsung.

"Kenapa Presiden ngurusin demo di KPK," tanya Dhani. (Baca: Istana Bantah Jokowi Larang Demonstrasi oleh Ahmad Dhani dkk)

Alhasil Dhani dan Ratna dibuat sibuk dengan menuju Polda Metro Jaya untuk mengurus truk yang ditahan. Setelahnya, Dhani dan Ratna kembali ke KPK, berorasi sebentar lalu pulang.

Akhirnya Panggung Rakyat Tangkap Ahok, yang sedianya akan menampilkan pentas musik Dhani dan kawan-kawan batal. Kendati demikian, buruh dari berbagai elemen yang tergabung dalam aksi itu yang akhirnya berunjuk rasa sendiri.

Buruh menuntut Ahok ditangkap KPK, atas kasus reklamasi, Rumah Sakit Sumber Waras, dan penggunaan dana CSR untuk penggusuran. Aksi demo anti-Ahok itu berlangsung tertib.

Polisi melakukan pengamanan ketat, berkaca atas kejadian kerusuhan demo terkait Ahok pula depan KPK beberapa waktu sebelumnya. Buruh berjanji setelah Lebaran mendatang mereka akan kembali aksi ke KPK dengan tuntutan yang sama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 28 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 28 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Megapolitan
3.772 Kendaraan Ditilang karena Lawan Arah di 17 Lokasi di Jakarta

3.772 Kendaraan Ditilang karena Lawan Arah di 17 Lokasi di Jakarta

Megapolitan
Polisi Sebut Pengunjung di Tebet Eco Park Tertimpa Dahan Pohon Flamboyan

Polisi Sebut Pengunjung di Tebet Eco Park Tertimpa Dahan Pohon Flamboyan

Megapolitan
Supian Suri Dilaporkan Terkait Dugaan Pelanggaran Netralitas ASN, Bawaslu Teruskan ke KASN

Supian Suri Dilaporkan Terkait Dugaan Pelanggaran Netralitas ASN, Bawaslu Teruskan ke KASN

Megapolitan
Supian Suri Dilaporkan ke Bawaslu Depok Terkait Dugaan Pelanggaran Netralitas ASN

Supian Suri Dilaporkan ke Bawaslu Depok Terkait Dugaan Pelanggaran Netralitas ASN

Megapolitan
Pengamat : Ahok Punya Kelebihan Buat Maju Pilkada DKI 2024

Pengamat : Ahok Punya Kelebihan Buat Maju Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Pohon Tumbang Timpa Seorang Pengunjung Tebet Eco Park, Korban Dilarikan ke Rumah Sakit

Pohon Tumbang Timpa Seorang Pengunjung Tebet Eco Park, Korban Dilarikan ke Rumah Sakit

Megapolitan
Kecelakaan Tewaskan Pengendara Motor di Basura Jaktim, Polisi Masih Selidiki

Kecelakaan Tewaskan Pengendara Motor di Basura Jaktim, Polisi Masih Selidiki

Megapolitan
3 ASN Pemkot Ternate Ditetapkan sebagai Tersangka Kasus Narkoba di Jakarta

3 ASN Pemkot Ternate Ditetapkan sebagai Tersangka Kasus Narkoba di Jakarta

Megapolitan
Kronologi Mobil Tabrakan dengan Pikap dan Motor di Depok, Pengemudi Hilang Kendali

Kronologi Mobil Tabrakan dengan Pikap dan Motor di Depok, Pengemudi Hilang Kendali

Megapolitan
Tembak Kaki Pembunuh Imam Mushala, Polisi: Ada Indikasi Melarikan Diri

Tembak Kaki Pembunuh Imam Mushala, Polisi: Ada Indikasi Melarikan Diri

Megapolitan
Toyota Yaris Tabrak Mobil Pikap dan Motor di Depok, 5 Orang Luka-luka

Toyota Yaris Tabrak Mobil Pikap dan Motor di Depok, 5 Orang Luka-luka

Megapolitan
Demi Kelabui Polisi, Galang Cukur Kumis dan Potong Rambut Usai Bunuh Imam Mushala di Kebon Jeruk

Demi Kelabui Polisi, Galang Cukur Kumis dan Potong Rambut Usai Bunuh Imam Mushala di Kebon Jeruk

Megapolitan
Ditusuk Sedalam 19 Cm, Imam Mushala di Kebon Jeruk Meninggal Saat Dirawat di RS

Ditusuk Sedalam 19 Cm, Imam Mushala di Kebon Jeruk Meninggal Saat Dirawat di RS

Megapolitan
Dharma Pongrekun Ikut Pilkada DKI Jalur Independen, Pengamat : Harus Dapat Simpati Warga Buat Menang

Dharma Pongrekun Ikut Pilkada DKI Jalur Independen, Pengamat : Harus Dapat Simpati Warga Buat Menang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com