JAKARTA, KOMPAS.com - Raut muka Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok semringah ketika melayani wartawan yang bertanya, di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (17/8/2016) malam. Saat itu, Ahok terlihat rapi mengenakan jas dipadukan dengan dasi berwarna merah.
Dia bersiap untuk menghadiri resepsi kenegaraan peringatan HUT ke-71 Republik Indonesia, di Istana Merdeka. Saat itu, waktu menunjukkan pukul 19.25. Sedangkan kehadiran Ahok di Istana Merdeka dijadwalkan pukul 19.30.
Biasanya, Ahok irit mengomentari pertanyaan wartawan jika ia terburu-buru menghadiri agenda selanjutnya. Namun, Rabu malam tadi, Ahok menjawab satu persatu pertanyaan wartawan yang menunggunya di Balai Kota.
Senyum terus mengembang dari bibir Ahok ketika menjawab pertanyaan wartawan. Ternyata, senyuman itu bukan tanpa alasan. Ia baru saja mendapat sinyal dari Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri untuk kembali mengusungnya pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017.
"Bu Mega memiliki tiga opsi (pada Pilkada DKI Jakarta 2017). Nah Bu Mega lebih cenderung (mengusung) sama petahana," kata Ahok.
Ahok pun menceritakan bahwa dirinya baru saja melakukan pertemuan diam-diam dengan Megawati, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat, dan Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto.
Pertemuan tersebut dilaksanakan di Kantor DPP PDI-P, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, sesaat sebelum upacara penurunan bendera di Istana Merdeka. Ahok sekaligus melihat-lihat kantor baru DPP PDI-P. Sambil menyantap makanan khas Palembang, empek-empek, mereka membicarakan Pilkada DKI Jakarta 2017.
Intinya, kata Ahok, Megawati menginginkannya kembali berpasangan dengan Djarot yang juga kader PDI-P untuk maju Pilkada DKI Jakarta 2017. Megawati tak setuju jika Ahok berpasangan dengan Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) DKI Jakarta Heru Budi Hartono.
Pasalnya, Heru adalah seorang PNS DKI yang tak mendaftar pencalonan ke DPP PDI-P. Heru sebelumnya ditunjuk Ahok untuk mendampinginya jika maju melalui jalur perseorangan.
"Nah DPP kan punya proses, harus dihargain, nah itu aja sih. DPP PDI-P perlu proses," kata Ahok.
Pada kesempatan itu, kata Ahok, Megawati juga tak mempermasalahkannya akan mendaftar ke DPP PDI-P atau tidak. Bahkan, lanjut dia, Mega menyebut Ahok tak perlu mengikuti fit and proper test seperti figur lain yang mendaftar mengikuti penjaringan bakal calon gubernur.
Ahok tak perlu mendaftar karena sudah pernah terdaftar pada Pilkada DKI Jakarta 2012 lalu. Saat itu, PDI-P mengusung pasangan Jokowi-Ahok sebagai calon gubernur dan wakil gubernur.
Penolakan struktural di DPC maupun DPD PDI-P DKI Jakarta juga menjadi pembahasan dalam pertemuan tersebut. Belakangan ini, heboh video nyanyian "Ahok Pasti Tumbang" yang beredar dan di dalamnya terlihat beberapa kader PDI-P.
Beberapa kader yang terlihat menyanyikan yel-yel dalam video berdurasi 32 detik itu di antaranya anggota DPRD DKI Jakarta Merry Hotma, Prasetio, Pelaksana Tugas (Plt) Ketua DPD PDI-P DKI Jakarta Bambang DH, dan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) dari PDI-P DKI Jakarta Gembong Warsono.
"Teman-teman PDI-P di bawah kan, beberapa agak keki juga sama saya. Seolah-olah enggak mau (mengusung Ahok pada Pilkada DKI Jakarta 2017)," kata Ahok.
Pada akhir pertemuan, lanjut Ahok, dirinya sempat mengajak Mega untuk berangkat bersama ke Istana Merdeka mengikuti pelaksanaan upacara penurunan bendera.
"Eh dia bilang, 'aku enggak pakai kebaya'. Ya sudah ternyata Ibu memang enggak datang ke sana (upacara penurunan bendera)," kata Ahok sambil terus mengembangkan senyumnya.
Saat ini, ada tiga partai politik yang telah resmi menyatakan dukungan kepada Ahok pada Pilkada DKI Jakarta 2017. Yakni Partai Nasdem, Hanura, dan Golkar. Sedangkan PDI-P belum memberi surat dukungan resmi kepadanya.
Jika PDI-P bergabung untuk mengusung Ahok, maka total dukungan mencapai 52 kursi di DPRD DKI Jakarta.