Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isu SARA Akan Jadi Ujian Terberat Ahok

Kompas.com - 15/09/2016, 18:31 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdatul Ulama (Lakpesdam NU), Rumadi Ahmad, memperkirakan ujian terberat Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dalam mencalonkan diri kembali pada Pilkada DKI 2017 adalah serangan berbau suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

"Pilkada Jakarta ini ujian terberat terkait dengan SARA ini. Kalau Jakarta ini bisa lolos (tanpa ada isu SARA), saya optimis ke depan Indonesia jadi lebih baik. Kalau Jakarta gagal, mungkin ada eskalasi lebih buruk," kata Rumadi dalam diskusi bertema "Pilkada Sehat dan Cerdas Tanpa SARA" di Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (15/9/2016).

Rumadi tidak menutup kemungkinan isu SARA akan kembali dimainkan seperti pada pilkada tahun 2012 atau pemilu lain di Indonesia. Rumadi menilai Ahok "selamat" dalam Pilkada DKI 2012 karena waktu itu maju sebagai wagub.

"Di atas masih ada Jokowi untuk atasi itu. Tapi sekarang situasinya berbeda. Ahok jadi nomor satu, dengan dua persoalan baik dari sisi etnis dan agama. Sekarang ini eskalasi untuk menyerang tokoh dengan isu SARA, itu sudah dimulai jauh sebelum dia (Ahok) menjadi calon," kata Rusmadi.

Rusmadi meminta, jika memang masyarakat tidak memilih Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta, jangan didasarkan pada perbedaan agama. Yang bisa diterima adalah kritik atau penolakan terhadap kebijakannya yang dianggap merugikan.

"Persoalkan saja kebijakan yang dia buat. Jangan jadikan soal kecinaan dia. Karena kita tidak bisa pilih dilahirkan dari etnis mana. Sama saja kita persoalkan takdir Tuhan," kata Rumadi.

Hal yang sama diungkapkan Koordinator Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Masykurudin Hafidz. Ia mencontohkan kemunculan Forum RT RW DKI Jakarta yang mengkampanyekan agar tidak memilih Ahok dengan sentimen SARA.

Masykur mengakui pengurus RT RW memiliki masalah soal penggunaan Qlue yang memberatkan sebagian mereka. Namun penolakan mereka menjadi bermasalah ketika diungkapkan dengan nada SARA.

"Penggusuran, reklamasi, itu bisa dikritisi atau ditolak. Pasti selalu ada yang bisa kita koreksi, tapi tidak dengan menyerang personal," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com