Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Ahok Takut Sri Mulyani dan Ingin Dikenang seperti Ali Sadikin

Kompas.com - 29/09/2016, 10:30 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menekankan, normalisasi Kali Ciliwung sudah tak dapat ditawar lagi. Hal itu pula yang menyebabkan Pemerintah Kota Jakarta Selatan tetap menggusur permukiman di kawasan Bukit Duri, yang berbatasan langsung dengan Kali Ciliwung.

Ada satu alasan yang membuat Ahok tetap menggusur permukiman di Bukit Duri meskipun proses hukum di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan Pengadilan Tata Usaha Negara tengah berjalan.

"Sekarang kalau kami tunda (normalisasi Ciliwung), dana APBN tidak terserap lagi. Apalagi Menkeu (Menteri Keuangan Sri Mulyani) sekarang begitu ketat, kalau serapan APBD kami kurang, langsung tahun depan dia potong (dana bagi hasil pajak pemerintah pusat), tidak mau dikasih lagi ke DKI," kata Ahok, Rabu (28/9/2016).

Normalisasi Kali Ciliwung ini merupakan program pemerintah pusat dan dibiayai dengan APBN. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berkewajiban membebaskan lahan untuk normalisasi Kali Ciliwung.

Ahok mengatakan, rencana normalisasi Kali Ciliwung sudah disampaikan sejak pemerintahan Fauzi Bowo. Pasalnya, normalisasi sungai dilakukan untuk menanggulangi banjir Ibu Kota.

"Kali Ciliwung, khususnya Kampung Pulo, sudah cerita dua gubernur lalu. Sekarang beres enggak? Beres," kata Ahok. (Baca: Genderang dan Tangis di Pembongkaran Bukit Duri)

Ingin dikenang seperti Ali Sadikin

Berbagai penggusuran ini dilaksanakan jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017. Ahok sendiri merupakan salah satu bakal calon gubernur yang akan bertanding pada pemilihan tersebut.

Ahok mengaku tidak takut elektabilitasnya akan turun karena berbagai penggusuran yang dilakukannya.

"Yang penting orang harus kenang saya. Kalau saya tidak terpilih lagi pun, Oktober 2017 orang akan melihat saya yang membereskan Kampung Pulo dan Bukit Duri," kata Ahok. (Baca: Ahok: Ali Sadikin Sebetulnya yang Gubernur Reklamasi)

Meninggalkan nama baik, menurut Ahok, lebih penting dibanding kembali menjabat gubernur selama lima tahun. Ahok ingin namanya selalu dikenang seperti mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin dan Presiden keempat Republik Indonesia Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

"Pak Ali Sadikin sudah meninggal begitu lama, dia seolah-olah masih hidup, semua orang ngomongin Ali Sadikin melulu. Gus Dur juga, orang merasa Gus Dur masih hidup. Bagi saya, nama baik lebih penting daripada jabatan," kata Ahok.

Kompas TV 80 Keluarga Bukit Duri Masih Bertahan di Permukiman
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com