Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Usulan Kampung Susun ala Ciliwung Merdeka di Bukit Duri

Kompas.com - 29/09/2016, 09:31 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Komunitas Ciliwung Merdeka pernah menggagas pembangunan kampung susun yang manusiawi di Bukit Duri, Tebat, Jakarta Selatan, termasuk di Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur.

Permukiman warga di bantaran Sungai Ciliwung di dua kawasan itu telah ditertibkan Pemprov DKI Jakarta, dan warganya sebagian direlokasi ke rumah susun. Nasib usulan kampung susun itu jadi tidak jelas. Pemprov DKI selaku pihak yang diajak ikut untuk merealisasikan konsep itu belum menyetujuinya.

Namun, Ketua Komunitas Ciliwung Merdeka, Sandyawan Sumardi, tak ingin menyebutkan bahwa konsep yang diajukan pihaknya itu tidak disetujui.

"Gini lho, gagasan-gagasan dari rakyat yang baik itu jangan hanya dikerdilkan oleh suatu momentum ketika seorang penguasa yang kapitalistik tidak setuju dengan gagasan kami. Gagasan kami akan berjalan terus bergulung-gulung, akan berkembang terus ke depan. Ini hanya momentum kekuasaan," kata Sandyawan di Bukit Duri, Rabu (28/9/2016).

Konsep kampung susun, kata Sandyawan, kali pertama disodorkan komunitasnya dalam sebuah presentasi ke mantan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, pada Oktober 2012. Jokowi dikatakan datang membawa sejumlah SKPD, mulai dari lurah, wali kota, hingga para kepala dinas.

"Waktu itu Pak Jokowi bilang, kami tidak akan relokasi atau gusur, kami akan menata kembali, kami akan merevitalisasi kampung ini," kata Sandyawan.

Jokowi dianggap sudah berjanji untuk membuat kampung susun di Bukit Duri. Sandyawan mengklaim, itu sudah dimuat di media massa, dan video tentang janji itu di-posting di YouTube.

Namun, pihaknya belum mendapat lagi kepastian mengenai janji Jokowi itu hingga kini. Menurut Sandyawan, untuk Kampung Pulo, kampung susun yang mau dibangun berkapasitas 4.900 unit, sedangkan di Bukit Duri 150 unit.

Modelnya berupa hunian vertikal layaknya rusun. Akan tetapi, dia mengklaim konsepnya berbeda dengan rusun karena tidak menghilangkan kondisi sosial, budaya, dan religiositas kehidupan asli warga dua daerah itu.

Pakar yang dilibatkan dalam menyusun konsep itu berasal dari beragam latar belakang disiplin ilmu.

"Tidak main-main usulan ini. Kami menyertakan pakar hidrologi, ahli tata air, arsitek, praktisi, akademisi, urban planner yang hebat, ekonom hebat, dan sejarawan yang hebat supaya kita tidak kehilangan akar kehidupan kita yang sebelumnya," kata Sandyawan.

Warga menurutnya sepakat untuk menempati kampung susun itu bila jadi dibangun.

"Dari awal diusulkan warga tidak minta ganti rugi uang (kalau ditertibkan), tetapi minta ganti rugi lahan, dan warga akan membangun kampung susun itu," kata Sandyawan.

Biaya pembangunan kampung susun pun dibagi. Pihaknya menawarkan pemerintah menyumbang 50 persen, warga swadaya 30 persen, dan investor 20 persen. Keberadaan kampung susun itu diyakini bisa jadi magnet bagi pariwisata.

Walau saat ini tidak jelas kelanjutan usulan itu, Sandyawan mengatakan bahwa pihaknya akan tetap mengusulkan hal itu kepada pemerintah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com