Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ciliwung Lama yang Hidup Kembali

Kompas.com - 31/10/2016, 16:18 WIB

Oleh: Wisnu Aji Dewabrata/Madina Nusrat/Harry Susilo

Kali Ciliwung Lama dari masa ke masa menyimpan kisah tersendiri. Pernah menjadi jalur transportasi pada zaman Belanda, pernah pula untuk sekadar membuka pintu airnya saja harus seizin Presiden Soeharto.

Sejarah Ciliwung tak lepas dari upaya Belanda mengakali banjir di Batavia. Caranya membuat Kanal Barat yang memecah aliran Kali Ciliwung ke arah barat di Pintu Air Manggarai. Sementara aliran Kali Ciliwung yang alami mulai dari Pintu Air Manggarai hingga ke hilirnya di Kali Ancol dikenal dengan Kali Ciliwung Lama.

Menyusuri Kali Ciliwung Lama dari Pintu Air Manggarai akan menemukan alur kali yang berkelok-kelok persis seperti alur Kali Ciliwung di hulu. Hanya bedanya, alur Kali Ciliwung Lama ini semakin ke hilir semakin menyempit. Di jembatan Jalan Perwira, alur Kali Ciliwung Lama itu tampak sebagai saluran air besar karena lebarnya hanya sekitar 5 meter.

Dari jembatan Jalan Perwira, alur Kali Ciliwung Lama itu bercabang dua. Aliran ke kiri atau ke barat merupakan kanal buatan manusia yang disebut Terusan Molenvliet. Scott Merrillees dalam buku Batavia in Nineteenth Century Photographs menyebutkan, terusan itu dibangun oleh Kapiten, atau pimpinan etnis Tiongkok, Phoa Bing Ham tahun 1648. Terusan sepanjang 3 kilometer itu untuk mengalirkan kayu dan bahan bangunan.

Aliran sungai ke kanan atau timur melewati Pasar Baru, Jalan Gunung Sahari, Jembatan Merah, kemudian terus ke utara hingga Ancol. Namun, alur ini tidak seluruhnya alami karena sebagian ada yang dibuat lurus dan lebar untuk mengendalikan banjir. Salah satu alur sungai yang diluruskan itu berada di sepanjang Jalan Gunung Sahari hingga tembus ke pesisir Jakarta melalui Dunia Fantasi, Ancol.

Dibiarkan kering

Pada masa modern, selama bertahun-tahun aliran Ciliwung Lama dibiarkan kering. Menurut Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Tengku Iskandar, sejak tahun 1980-an, pintu air Ciliwung Lama hanya dibuka dalam kondisi banjir Siaga I atas izin presiden melalui direktur jenderal sumber daya air dan gubernur DKI.

"Dahulu tidak ada yang bisa membuka pintu air Ciliwung Lama karena harus seizin Presiden Soeharto," katanya.

Terjadilah banjir besar di Jakarta pada 2007 yang menyebabkan Istana Merdeka kebanjiran. Kondisi tersebut memaksa pintu air Ciliwung Lama dibuka untuk mempercepat surutnya banjir di Istana Merdeka.

Mulai 2016, Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama membuat kebijakan agar pintu air Ciliwung Lama dibuka terus.

"Pintu air Ciliwung Lama dibuka maksimal 30 sentimeter, di bawah permukaan air sehingga sampah yang mengambang di atas tak ikut hanyut ke Ciliwung Lama. Kecuali banjir, pintu air bisa dibuka lebih lebar," ujar Iskandar.

Menurut dia, pintu air Ciliwung Lama tidak bisa dibuka terlalu lebar karena akan membuat aliran air dari hulu tidak bisa dikendalikan. Dibukanya pintu air Ciliwung Lama itu berdampak positif karena bisa menghilangkan lumpur yang mengendap dan menghilangkan bau. Apalagi masih banyak tempat mandi, cuci, dan kakus di pinggir aliran Ciliwung Lama.

Bagya (57), warga RW 013 Kelurahan Cikini, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat, mengatakan, warga senang dengan dibukanya pintu air Ciliwung Lama dan berharap Ciliwung Lama terus dialiri air.

"Air yang mengalir akan mematikan jentik-jentik nyamuk," kata Bagya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

Megapolitan
Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Megapolitan
Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya 'Nyentong' Nasi Sendiri

Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya "Nyentong" Nasi Sendiri

Megapolitan
Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Megapolitan
Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Megapolitan
KPU DKI Terima 2 Bacagub Independen yang Konsultasi Jelang Pilkada 2024

KPU DKI Terima 2 Bacagub Independen yang Konsultasi Jelang Pilkada 2024

Megapolitan
Kecamatan Grogol Petamburan Tambah Personel PPSU di Sekitar RTH Tubagus Angke

Kecamatan Grogol Petamburan Tambah Personel PPSU di Sekitar RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Alasan Pria Ini Bayar Sesukanya di Warteg, Ingin Makan Enak tapi Uang Pas-pasan

Alasan Pria Ini Bayar Sesukanya di Warteg, Ingin Makan Enak tapi Uang Pas-pasan

Megapolitan
Bakal Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Tim Pemenangan Noer Fajrieansyah Konsultasi ke KPU

Bakal Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Tim Pemenangan Noer Fajrieansyah Konsultasi ke KPU

Megapolitan
Lindungi Mahasiswa yang Dikeroyok Saat Beribadah, Warga Tangsel Luka karena Senjata Tajam

Lindungi Mahasiswa yang Dikeroyok Saat Beribadah, Warga Tangsel Luka karena Senjata Tajam

Megapolitan
Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Pengamat: Mungkin yang Dipukulin tapi Enggak Meninggal Sudah Banyak

Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Pengamat: Mungkin yang Dipukulin tapi Enggak Meninggal Sudah Banyak

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com