JAKARTA, KOMPAS.com- Pasangan calon gubernur-wakil gubernur nomor pemilih tiga, Anies Baswedan-Sandiaga Uno melakukan evaluasi terhadap hasil debat yang dilakukan pada Kamis (15/12/2016). Debat diadakan Kompas TV di Djakarta Theater, Jakarta Pusat.
Dalam evaluasi itu, Anies-Sandiga mengundang tim pakar, salah satunya mantan Menteri Penerangan era Presiden Soeharto, M Alwi Dahlan. Pembahasan evaluasi itu, salah satunya terkait bahasa tubuh saat debat berlangsung.
Di awal debat, kata Sandiaga, Anies-Sandiaga terlihat canggung dan agak terburu-buru. Namun, di pertengahan hingga di akhir debat, Anies-Sandiaga sudah bisa mengatur ritme debat.
"Bahwa 70 persen dari pada sebuah komunikasi dan debat itu di bahasa tubuh. Awal-awal kami terlihat canggung, agak terburu-buru, tapi diakhir-akhir terutama di dua per tiga bagian debat terlihat kami menguasai isu," ujar Sandiaga saat ditemui wartawan di Recapital Building, Jumat (16/12/2016).
Sandiaga mengatakan, menurut hasil evaluasi, debat itu memperlihatkan pasangan nomor pemilih dua, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat terlihat defensif saat menjawab setiap pertanyaan.
"Justru dari Pak Basuki dan Pak Djarot terkesan defensif," ujar Sandiaga.
Selain itu, dalam debat tersebut, tim pakar Anies-Sandiaga menggunakan sebuah alat matrik yang mengukur reaksi penonton selama debat. Sandiaga mengklaim, selama debat, Anies-Sandiaga berada dalam zona positif dari penonton.
"Itu yang membuat kami sedikit lega. Karena walaupun isunya isu-isu yang sangat susah, tapi masyarakat menerimanya secara positif untuk Anies-Sandi," ujar Sandiaga.
Debat tersebut hanya dihadiri dua pasangan calon. Sedangkan pasangan nomor pemilih satu, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni tak hadir dalam debat.