Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TPU Utan Kayu Jadi Sumber Pendapatan bagi Beberapa Warga

Kompas.com - 26/01/2017, 21:17 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tak hanya pegawai pemerintah dan pekerja harian lepas (PHL) yang bekerja di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Utan Kayu, Rawamangun, Pulogadung, Jakarta Timur. Namun, banyak warga, termasuk yang tinggal di sekitar TPU menggantungkan hidup mengais rupiah dengan bekerja sebagai "perawat taman".

Mereka ini bukan pegawai resmi di pemakaman tersebut.

Pantauan Kompas.com, Kamis (26/1/2017) sore, para perawat taman yang bekerja di TPU ini jumlahnya cukup banyak. Mereka mudah dikenali dengan ciri-ciri membawa sapu lidi, gunting pemotong rumput, tangki air penyiram rumput, dan sejumlah perkakas lainnya.

Seorang perawat taman di TPU tersebut mengatakan, sekitar 50 orang perawat taman yang merupakan warga sekitar atau luar TPU bekerja menggantungkan hidup di pemakaman ini. Pria tersebut misalnya, mengurusi sekitar 30 makam.

Atas jasanya itu, ahli waris dari masing-masing makam membayarnya Rp 30.000 per bulan. Artinya, ia memperoleh Rp 900.000 perbulan dari mengurusi 30 makam jatahnya.

"Terus kalau ada yang ziarah, terus kotor minta dibersihin, kita juga dapat. Tapi itu terserah dia mau kasih berapa," kata pria tersebut saat berbincang dengan Kompas.com, di TPU tersebut, Kamis sore.

Hanya biaya perawatan makam yang jadi pemasukan tetap baginya. Untuk pemberian dari ahli waris yang sedang berziarah, tergantung keikhlasan peziarah tersebut.

"Kita enggak minta," ujarnya. (Baca: Diduga Ada Pungli yang Dilakukan Calo di TPU Utan Kayu)

Pekerjaan seorang perawat taman, lanjut dia, seputar memotong rumput dan membersihkan makam. Kalau sedang musim kering, barulah makam disirami air agar rumputnya tidak kering. Atau kalau ada tempat makam yang rusak atau jebol, dirinya menyediakan jasa untuk memperbaiki.

Soal kasus dugaan pungli di makam itu, pria ini mengaku tidak tahu menahu. Perawat makam lainnya, yang juga ditemui Kompas.com di sekitar pemakaman itu, mengaku tidak tahu soal pungli-pungli yang belakangan terkuak di TPU tersebut.

Perawat makam itu menilai, PHL Sudin Pertamanan dan Pemakaman yang kantornya ada di paling depan TPU itulah yang lebih tahu kasus tersebut. "Kita enggak tahu," ujar dia.

Namun, sama seperti perawat makam sebelumnya, dia mengakui mereka bekerja di pemakaman tersebut, dan dibayar oleh ahli waris makam, atas jasa mereka merawat kubur. Bahkan, ada yang bekerja sudah sejak kecil di TPU tersebut.

Atas kasus dugaan pungli ini, yang diduga dilakukan calo, dirinya merasa dirugikan. "Kita merasa dirugikan, jadi kita ikut-ikutan kena," ujarnya.

Kompas TV Inilah makam misterius di dekat rumah dimas kanjeng
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com