Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok Sebut Tak Ada Anggota DPR yang Berani Beri Uang E-KTP Kepadanya

Kompas.com - 05/04/2017, 19:42 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Calon gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan dua, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, mengomentari pernyataan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin yang memastikan seluruh anggota Komisi II DPR RI periode 2009-2014, menerima uang hasil korupsi proyek e-KTP.

Ahok merupakan anggota Komisi II DPR RI tahun 2009-2012.

"Mungkin saja (di dalam) list-nya, semua (anggota Komisi II DPR RI) terima (uang korupsi e-KTP). Tapi kan enggak pernah ada (anggota Komisi II DPR RI) yang berani kasih (uang hasil korupsi e-KTP) ke aku," kata Ahok, di Jalan Haji Syaip, Gandaria Selatan, Jakarta Selatan, Kamis (5/4/2017).

(baca: Nazaruddin Sebut Seluruh Anggota Komisi II Terima Uang Korupsi E-KTP)

Pasalnya, lanjut dia, seluruh anggota DPR RI saat itu mengetahui sifat Ahok. Menurut Ahok, dia juga rutin mengembalikan kelebihan uang perjalanan dinas.

Selain itu, Ahok memastikan dirinya akan melaporkan anggota Komisi II DPR RI jika berani memberi uang hasil korupsi e-KTP kepadanya.

"Pasti dong kalau (uang hasil korupsi e-KTP) dibagi ke semua (anggota) Komisi II, tapi atas nama saja kan. Mungkin dia bagi rata, pasti hitungannya semua (anggota) komisi (II DPR RI)," kata Ahok.

(baca: Ahok: Saya Justru Paling Keras Tolak Proyek E-KTP)

Selain itu, Ahok menceritakan bahwa dirinya pernah melakukan perjalanan dinas selama tiga hari saat menjadi anggota Komisi II DPR RI. Hanya saja, laporan perjalanan kerap dipalsukan.

Perjalanan dinas yang semestinya tiga hari, dilaporkan menjadi lima hari.

"Gue ngamuk-ngamuk sampai dua hari, gue balikin itu duit perjalanan dinas. (uang) perjalanan dinas saja enggak gue ambil, apalagi duit enggak jelas, mau lu kasih ke gue," ucap Ahok.

(baca: Ahok: E-KTP Enggak Perlu Dibuat Jadi Proyek)

"Persoalannya, anggota Komisi II berani kasih (uang hasil korupsi e-KTP) ke gue enggak? Kalau lu kasih gue, pasti gue laporin," ucap Ahok lagi.

Sebelumnya, Nazaruddin menyatakan hal itu saat bersaksi dalam sidang perkara korupsi e-KTP, di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin (3/4/2017). Menurut Nazaruddin, rapat dengar pendapat tidak akan kondusif jika tidak ada pembagian komisi tersebut.

DPR RI menyepakati anggaran proyek e-KTP sesuai grand design 2010, yaitu RP 5,9 triliun. Dari anggaran itu, sebesar 51 persen atau Rp 2,662 triliun digunakan untuk belanja modal atau belanja riil pembiayaan proyek e-KTP, sedangkan 49 persen atau sebesar Rp 2,558 triliun dibagi-bagi ke sejumlah pihak, termasuk anggota Komisi II DPR RI dan Badan Anggaran DPR RI.

Kompas TV Kegaduhan Kasus Korupsi E-KTP
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Geruduk Mahasiswa Berujung Petaka, 4 Warga di Tangsel Kini Jadi Tersangka

Geruduk Mahasiswa Berujung Petaka, 4 Warga di Tangsel Kini Jadi Tersangka

Megapolitan
PKB Kota Bogor Andalkan Hasil Survei untuk Usung Kandidat di Pilkada 2024

PKB Kota Bogor Andalkan Hasil Survei untuk Usung Kandidat di Pilkada 2024

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta, Rabu 8 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam Nanti Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta, Rabu 8 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam Nanti Berawan

Megapolitan
Hari Pertama Pendaftaran Cagub Independen, KPU DKI Belum Terima Berkas Masuk

Hari Pertama Pendaftaran Cagub Independen, KPU DKI Belum Terima Berkas Masuk

Megapolitan
Keluarga Histeris Saat Tahu Putu Tewas di Tangan Senior STIP

Keluarga Histeris Saat Tahu Putu Tewas di Tangan Senior STIP

Megapolitan
Sosok Taruna STIP yang Meninggal Dianiaya Senior, Dikenal Mudah Berteman dan Bisa Diandalkan

Sosok Taruna STIP yang Meninggal Dianiaya Senior, Dikenal Mudah Berteman dan Bisa Diandalkan

Megapolitan
Taruna Tingkat Satu STIP Disebut Wajib Panggil Kakak Tingkat dengan Sebutan “Nior”

Taruna Tingkat Satu STIP Disebut Wajib Panggil Kakak Tingkat dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Pengakuan Eks Taruna STIP, Difitnah dan Dipukul Senior sampai Kancing Seragam Pecah

Pengakuan Eks Taruna STIP, Difitnah dan Dipukul Senior sampai Kancing Seragam Pecah

Megapolitan
Tanggapi Permintaan Maaf Pendeta Gilbert ke MUI, Ketum PITI Tetap Berkeberatan

Tanggapi Permintaan Maaf Pendeta Gilbert ke MUI, Ketum PITI Tetap Berkeberatan

Megapolitan
Cerita Eks Taruna STIP: Lika-liku Perpeloncoan Tingkat Satu yang Harus Siap Terima Pukulan dan Sabetan Senior

Cerita Eks Taruna STIP: Lika-liku Perpeloncoan Tingkat Satu yang Harus Siap Terima Pukulan dan Sabetan Senior

Megapolitan
Bacok Pemilik Warung Madura di Cipayung, Pelaku Sembunyikan Golok di Jaketnya

Bacok Pemilik Warung Madura di Cipayung, Pelaku Sembunyikan Golok di Jaketnya

Megapolitan
Pura-pura Beli Es Batu, Seorang Pria Rampok Warung Madura dan Bacok Pemiliknya

Pura-pura Beli Es Batu, Seorang Pria Rampok Warung Madura dan Bacok Pemiliknya

Megapolitan
Tak Ada yang Janggal dari Berubahnya Pelat Mobil Dinas Polda Jabar Jadi Pelat Putih...

Tak Ada yang Janggal dari Berubahnya Pelat Mobil Dinas Polda Jabar Jadi Pelat Putih...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai 'Diviralkan' Pemilik Warteg

[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai "Diviralkan" Pemilik Warteg

Megapolitan
Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com