Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepertiga Bayi di Kota Bogor Lahir Bertubuh Pendek

Kompas.com - 07/06/2017, 18:50 WIB

BOGOR, KOMPAS.com - Berdasarkan hasil studi Kohort oleh Pusat Penelitian Pengembangan (Puslitbang) Gizi, Kementerian Kesehatan, dari 920 bayi yang lahir di Kota Bogor, Jawa Barat, sepertiganya mengalami kondisi stunting atau bertubuh pendek dan berat badan kurang dari tiga kilogram.

"Bayi-bayi stunting ini lahir dari kelompok ibu-ibu berisiko," kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kota Bogor, Erna Nuraini, Rabu (7/6/2017).

Erna menjelaskan, studi Kohort yang dilakukan Puslitbang Gizi dimulai tahun 2011 dan terus berlangsung hingga tahun ini. Studi fokus pada dua bagian yakni penyakit tidak menular (PTM) dan tumbuh kembang anak (TKA).

Pada bidang TKA diambil responden sebanyak 918 ibu hamil di lima kelurahan yang ada di wilayah Kecamatan Bogor Tengah, yakni Kelurahan Kebon Kelapa, Ciwaringin, Babakan Pasar, dan Panaragan.

"Studi ini mengikuti pertumbuhan ibu hamil mulai dari awal kehamilan, sampai bayinya lahir hingga kini berusia empat tahun," kata dia.

Dari 918 ibu hamil yang diteliti mulai dari tumbuh kembang janinnya, pemeriksaan kesehatannya, makannya, serta aktivitasnya, lahir 920 bayi. Beberapa ibu hamil melahirkan bayi kembar.

Hasil penelitian tersebut mengungkapkan, sepertiga ibu hamil yang menjadi koresponden dalam kondisi beresiko. Resiko yang dimaksud, berusia dibawah 20 tahun, dan lebih dari 35 tahun. Berat badan sewaktu hamil kurang dari 45 kilo gram, selama hamil berat badan kurang dari 11 kg, dan hipertensi.

"(Sebanyak) 2/5 ibu hamil beresiko ini atau 40 persennya memiliki tinggi badan kurang yakni 150 cm, dan 20 persennya anemia. Bahkan, waktu masuk kehamilan sudah anemia" kata dia.

Resiko yang dialami oleh ibu hamil inilah yang menghasilkan bayi-bayi stunting atau bertumbuh pendek (kurang dari 50 cm) dan berat badan kurang dari tiga kilogram saat lahir. Bayi yang lahir stunting beresiko prematur dan organ tubuhnya tidak sempurna.

"Bayi yang lahirnya pendek, diduga dapat beresiko terkena PTM, dikhawatirkan karena lahir prematur, organ-organ tubuhnya tumbuh tidak optimal," katanya.

Erna menyebutkan, dari hasil analisis yang dilakukan, bayi-bayi yang lahir stunting atau pendek tersebut kebanyakan lahir dari ibu-ibu yang pendek pula. Seorang ibu pendek berisiko dua kali lebih besar melahirkan bayi stunting daripada ibu bertubuh normal.

Menurut Erna, bayi-bayi stunting tadi selain karena faktor ibu yang berisiko, juga dipengaruhi faktor dari luar yakni lingkungan tempat tinggal. Rumah yang kotor, dan ventilasi udara yang tidak bagus.

"Jika ibu beresiko menjaga lingkungan tempat tinggal dan mengatur pola gizi seimbang, bayi berisiko stunting dapat dicegah, walau ibunya beresiko," katanya.

Erna mengatakan, untuk menghasilkan generasi yang berkualitas, penting mengedukasi masyarakat agar memperhatikan kesehatan diri dan lingkungan. Karena generasi berkualitas berawal dari kondisi ibu yang bagus.

"Harus disiapkan sebelum seorang ibu menjadi calon ibu, yakni mulai saat remaja. Rekomendasi yang diberikan yakni menciptakan remaja yang sehat," kata Erna.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pungli di Masjid Istiqlal Patok Tarif Rp 150.000, Polisi: Video Lama, Pelaku Sudah Ditangkap

Pungli di Masjid Istiqlal Patok Tarif Rp 150.000, Polisi: Video Lama, Pelaku Sudah Ditangkap

Megapolitan
Orangtua Korban Tragedi 1998 Masih Menunggu Anak-anak Pulang Sekolah...

Orangtua Korban Tragedi 1998 Masih Menunggu Anak-anak Pulang Sekolah...

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, Senin 13 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, Senin 13 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
Peringati Tragedi Mei 1998, Peserta 'Napak Reformasi' Khusyuk Doa Bersama dan Tabur Bunga

Peringati Tragedi Mei 1998, Peserta "Napak Reformasi" Khusyuk Doa Bersama dan Tabur Bunga

Megapolitan
Diduga Bakal Tawuran, 33 Remaja yang Berkumpul di Setu Tangsel Dibawa ke Kantor Polisi

Diduga Bakal Tawuran, 33 Remaja yang Berkumpul di Setu Tangsel Dibawa ke Kantor Polisi

Megapolitan
Rute KA Dharmawangsa, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Dharmawangsa, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com