Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maut Berlanjut di Pelintasan Sebidang

Kompas.com - 21/06/2017, 19:00 WIB

Pelintasan sebidang kereta api, kemacetan kendaraan bermotor, dan pengendara yang melanggar lalu lintas adalah sebuah kombinasi sempurna pengundang ajal mendekat. Namun, berapa kali pun kecelakaan dan kematian tragis terjadi, tetap tak kuasa menghentikan pelanggaran.

Senin (19/6/2017) pukul 15.45. Sirine pelintasan sebidang kereta api di Jalan Kepu Selatan, Jakarta Pusat, nyaring meraung. Pria berkacamata itu berhenti di dekat rel. Ia mengenakan jaket penanda pengemudi ojek daring.

Setelah menengok kanan dan kiri memastikan kereta masih jauh, ia menyelonong menyeberangi rel. Pesepeda motor berhelm putih itu juga menyeberang dari timur ke barat, padahal lalu lintas di Jalan Kepu Selatan wajib searah dari barat ke timur.

Pengemudi ojek itu bukan satu-satunya pelanggar. Sejumlah pengendara sepeda motor yang melawan arah sudah menghadang di seberang rel, memenuhi lebar jalan. Mereka siap menghambat laju kendaraan yang berjalan sesuai aturan. Di sisi lain, rangkaian KA lainnya bakal melintas lagi dalam beberapa menit kemudian. Pengendara mobil tentu yang paling sebal dan khawatir akan kondisi ini.

Kondisi lalu lintas semacam itu-dalam taraf yang lebih parah-baru saja mengakibatkan tabrakan mobil dengan kereta di pelintasan sebidang KA yang menghubungkan Jalan Tanah Tinggi I di Kelurahan Tanah Tinggi dan Jalan Kembang Pacar di Kelurahan Kramat, Jakarta Pusat. Jarak lokasi kecelakaan hanya sekitar 2 km dari pelintasan sebidang Jalan Kepu Selatan. Waktu kejadiannya sekitar sepekan lalu, Selasa (13/6).

Saat itu, menurut para warga setempat yang sempat menyaksikan kecelakaan, sebuah mobil boks melaju dari Jalan Tanah Tinggi I ke Jalan Kembang Pacar sekitar pukul 17.00. Pengendara mobil mengikuti jalur yang benar. Lalu lintas di kawasan itu diatur searah dari Tanah Tinggi I ke Kembang Pacar.

Namun, laju mobil tersendat-sendat. Selain karena mesti menunggu KA lewat, laju terhambat para pesepeda motor pelawan arah. "Sepeda motor melawan arah, menghalangi kendaraan yang mau melintasi rel. Bandel memang," kata warga Pasar Gaplok, Kramat, Sahroni (60).

Mobil boks pun mencapai jalan yang berpotongan dengan rel saat kereta belum dekat. Namun, sirene pelintasan lalu berbunyi, tanda KA Walahar Ekspres rute Tanjung Priok-Purwakarta mendekat dan segera melintas dari arah Stasiun Senen. Mobil pun masih tertahan di rel.

Menurut Sahroni, pengemudi mobil boks terpaksa menabrak mobil Avanza di depannya, tetapi itu tidak cukup. Bagian belakang mobil boks tetap tersambar kereta hingga terseret sekitar 30 meter. Percikan api muncul saat badan mobil menubruk tiang listrik aliran atas KA. Api pun melalap seluruh mobil serta dua gerbong KA.

Sia-sia

Kematian Hari dan Rizal seperti sia-sia. Pengendara sepeda motor yang melawan arah tetap mengalir seperti terlihat di Jalan Kepu Selatan. Bahkan, di lokasi kecelakaan maut itu, pelanggaran tetap terjadi.

Bukan hanya kematian Hari dan Rizal yang tidak berguna. Warga setempat lainnya, Halid (64), mengatakan, kecelakaan sangat sering terjadi sejak lama. Kendaraan yang tersambar kereta api, antara lain mobil pribadi, sepeda motor, dan mikrolet. "Setahun terakhir, setidaknya 8 korban meninggal," ujarnya

Edi Nursalam, Direktur Keselamatan Perkeretaapian Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, berharap Pemprov DKI Jakarta kian aktif menjalankan kewajibannya, antara lain melakukan perawatan jalan pelintasan sebidang, pemasangan perlengkapan jalan, pemasangan palang pelintasan serta penyediaan penjaga palang, penutupan pelintasan sebidang dan evaluasi berkala.

Kecelakaan berulang, ditambah bebalnya para pelanggar lalu lintas di perpotongan jalan dengan rel, memberi alasan bagi penutupan semakin banyak pelintasan sebidang.

(J GALUH BIMANTARA)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 Juni 2017, di halaman 26 dengan judul "Maut Berlanjut di Pelintasan Sebidang".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com