Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sopir Bajaj: Rayonisasi Ditinjau Dulu, Pak Basuki...

Kompas.com - 09/07/2013, 11:32 WIB
Robertus Belarminus

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Terkait rencana penerapan kebijakan rayonisasi trayek bajaj, para sopir bajaj meminta Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama untuk meninjau kembali kebijakan itu. Sebab, mereka khawatir hal tersebut akan mengurangi pendapatan.

"Kita sebagai sopir ya kalau ditetapi gitu, seharusnya ninjau dulu. Pak Ahok kan lebih paham masalah gitu, kan. Kita hanya jalanin. Sebenarnya bikin peraturan itu ditinjau dulu," kata Yanto (30), salah seorang sopir bajaj yang biasa mangkal di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, Selasa (9/7/2013) pagi.

Yanto mengungkapkan, pendapatan kotornya yang sehari rata-rata bisa Rp 200.000 bisa terpangkas separuh menjadi Rp 100.000 apabila hal itu diterapkan. Belum lagi, semenjak harga bahan bakar naik, saat ini ia harus merogok kocek hampir Rp 50.000 untuk beli bensin sebanyak 7 liter.

Dari jumlah itu pula Yanto harus membayar uang setoran Rp 50.000 kepada bosnya. "Kita enggak setuju ya, itu bisa ngurangin pendapatan kisa. Bahkan bisa separuhnya," ujar Yanto.

Ia pun berharap Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dapat mempertimbangkan kembali mengenai kebijakan tersebut. Jangan sampai hal itu merugikan para supir bajaj.

"Sekarang enggak semua sopir mau ngetem. Ada juga yang mau keliling. Yang di Jakarta Timur aja kan banyak yang ngetem-nya di Tebet (Jakarta Selatan)," ujarnya.

Hal senada diungkapkan oleh Rojak (35), sopir bajaj lainnya. Ia berharap sopir bajaj tidak dibatasi trayeknya untuk mencari penumpang di wilayah mana saja di DKI Jakarta. Ia berharap bajaj bisa memiliki trayek yang bebas sama seperti jasa ojek yang dapat mengantar penumpang ke wilayah mana saja.

"Kalau kita kayak habis nganter penumpang ke selatan, kan kita harapnya pulang bisa dapat penumpang lagi di jalan. Jadi saya tetap enggak setuju. Ribet malah," ujar Rojak.

Basuki sebelumnya mengatakan, rayonisasi trayek bajaj itu bukan dimaksudkan untuk melarang atau membatasi sopir bajaj hanya dapat beroperasi di suatu wilayah kota administatif di Jakarta. Sopir bajaj tetap dapat melintas di wilayah lain asalkan untuk kepentingan mengantar penumpang.

Rayonisasi menurutnya justru membantu menolong para supir bajaj sehingga tidak kehilangan jatah kuota di wilayahnya. Selain tidak boleh muter mencari penumpang di bukan rayonnya, para supir bajaj juga tidak diperbolehkan untuk ngetem di rayon wilayah lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    [POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

    [POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

    Megapolitan
    Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

    Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

    Megapolitan
    Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

    Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

    Megapolitan
    Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

    Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

    Megapolitan
    Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

    Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

    Megapolitan
    Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

    Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

    Megapolitan
    Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

    Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

    Megapolitan
    Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

    Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

    Megapolitan
    Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

    Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

    Megapolitan
    Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

    Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

    Megapolitan
    Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

    Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

    Megapolitan
    Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

    Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

    Megapolitan
    Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

    Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

    Megapolitan
    Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

    Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

    Megapolitan
    Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

    Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

    Megapolitan
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com