JAKARTA.KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama memastikan bahwa dana operasional kepala daerah tidak digunakan untuk keperluan pribadi. Ia menempatkan dana tersebut dalam rekening terpisah dan dapat diawasi.
Jumlah dana operasional kepala daerah DKI Jakarta tahun ini mencapai Rp 26,6 miliar. Jumlah ini lebih besar dibanding dana operasional pada masa Fauzi Bowo, yakni Rp 17,6 miliar.
Basuki menyatakan, tidak ada dana operasional yang digunakan untuk keperluan pribadi. Akuntabilitas dan transparansi dapat dilihat, setidaknya dari dipisahkannya rekening pribadinya dan rekening titipan dana operasional. Selain itu, penempatan di rekening terpisah juga memudahkan pengawasan terhadap penggunaan dana tersebut.
"Kita juga minta uang dari BPKD (Badan Pemeriksa Keuangan Daerah) supaya masuk ke situ, supaya kelihatan. Saya juga takut lupa," kata Basuki di Balaikota Jakarta, Senin (22/7/2013).
Basuki menyatakan, tidak mengherankan jika kota besar seperti Jakarta memberikan dana operasional kepala daerah bisa sampai dua digit miliar rupiah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terus bertambah membuat semuanya mungkin. Menurut Basuki, porsi 0,15 persen dari PAD untuk dana operasional merupakan salah satu cara pemerintah pusat mendorong daerah meningkatkan PAD mereka.
"Kenapa beda dengan Foke? Karena PAD naik, tahun depan ikut naik lagi kan. Itu saja kita enggak pakai 0,15 persen, kita hanya gunakan 0,1 persen," katanya.
Ia menyebutkan, dana Rp 26,6 miliar tersebut sudah cukup besar untuk bantuan sosial dan operasional lainnya. Pembagiannya 40 persen untuk Basuki dan 60 persen untuk Jokowi. Jumlah itu setelah dikurangi Rp 900 juta kali 12 bulan untuk dititipkan di Biro Kerja Sama Daerah (KDH) Pemprov DKI.
Basuki membantah tudingan bahwa dana tersebut dihambur-hamburkan untuk memuaskan hasrat blusukan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Sebaliknya, 80 persen anggaran operasional tersebut dialokasikan untuk bantuan sosial.
Ia menilai pihak-pihak yang seolah menelanjangi anggaran operasional tersebut salah alamat. Basuki menyindir kata "temuan" yang digunakan oleh pihak tersebut. "Itu (temuan) sudah kalimat yang salah. Temuan apa, semua kita buka di website kok," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.