Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemudik Keluhkan Karyawan PO Nakal di Pulogadung

Kompas.com - 03/08/2013, 19:37 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Pemudik di Terminal Pulogadung mengaku terganggu oleh sikap sejumlah karyawan perusahaan otobus dalam menarik penumpang sehingga memutuskan menunggu bus di luar terminal.

"Ketika turun dari angkutan umum di depan terminal, saya langsung dipaksa bahkan ditarik untuk menggunakan bus dari PO-nya," ujar Supardi (38), pemudik tujuan Banyuwangi.

Ia menolak dengan halus, tetapi pegawai PO itu malah mengeluarkan kalimat kasar dan bahkan menariknya agar menggunakan bus dari PO-nya.

"Saya kan tujuannya ke Banyuwangi, eh malah dipaksa naik bus jurusan Surabaya, maksudnya apa coba," kata dia.

Hal yang sama juga dirasakan oleh pemudik tujuan Yogyakarta, Subagio. Menurut dia, saat turun dari angkutan umum di depan terminal, ada dua  pegawai PO yang menanyakan tujuannya.

"Baru datang dan sampai di Terminal Pulogadung, saya langsung ditanyakan tujuan pulang kampung dan memaksa saya untuk menggunakan busnya padahal itu bukan tujuan saya," ujar pria berusia 40 tahun tersebut.

Karena pegawai PO itu memaksa dan menariknya, ia mengurungkan niatnya untuk naik bus dari dalam terminal.

"Terpaksa saya menunggu bus di luar terminal ketimbang naik dari dalam terminal," kata dia.

Ia khawatir jika masuk ke dalam terminal akan berhadapan dengan calo ataupun pegawai PO yang menawarkan harga karcis lebih tinggi.

"Saya kurang yakin dengan keamanan Terminal Pulogadung yang banyak calo dan pegawai PO, di mana mereka memaksa untuk membeli tiket. Sudah pasti mereka menjual tiket dengan harga mahal. Tiket dengan harga Rp 100.000 bisa dijual Rp 200.000-Rp 250.000," kata dia.

Kepala Pos Pengamanan Terminal Bus Pulogadung Iptu Aston Edward Sinaga mengatakan, jika ada pemudik yang melaporkan pegawai PO yang nakal, maka akan ditindak tegas.

"Kalau ada laporan dari pemudik, kita proses hukumnya. Tetapi itu bergantung dari pemudik apakah mau diproses hukum atau mengedepankan pendekatan win-win solution daripada dikenakan hukuman karena kalau diproses, akan bisa makan waktu," ujar dia.

Ia pun mengimbau kepada pegawai PO untuk berlaku sopan dan tidak memaksa calon penumpang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com