Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Tanpa Tempe Goreng, Selera Makan Berkurang"

Kompas.com - 09/09/2013, 11:47 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Mogoknya produsen tahu tempe selama tiga hari ini membuat pedagang warung nasi dan penikmat tempe "meringis". Bahkan, ada yang kehilangan selera makan karena tak ada tempe.

Sebut saja Budi (26), yang biasa memakan tempe dalam setiap menu makannya. Biasanya, saat makan pecel lele, tempe menjadi pelengkapnya. Namun, sejak Minggu (8/9/2013) kemarin, dia tidak mendapatkan tempe di warung pecel lele langganannya.

"Rasanya ada yang berkurang kalau enggak ada tempe. Selera makan jadi enggak biasanya," kata Budi, karyawan yang bekerja di kawasan Kebon Sirih, kepada Kompas.com, Senin (9/9/2013).

Budi berharap agar para produsen tempe dan tahu tidak berlama-lama melakukan mogok. "Karena tempe itu kan pangan strategis. Siapa pun suka makan tempe. Tolonglah para produsen kalau mau mogok, jangan lama-lama," ujar Budi lagi.

Sementara Arie Husnul Khotimah (37), pemilik warung nasi di daerah Kebon Sirih, mengatakan, sejak hari ini, ia tidak berjualan gorengan yang berjenis tahu goreng dan tempe goreng.

"Kan sudah enggak ada tempe tahu di pasaran. Perajinnya pada mogok semua," kata Arie.

Arie yang menetap di Bogor mengaku telah mencari tempe dan tahu di Pasar Anyar (Bogor) dan Pasar Gondangdia. Namun, sudah tidak ada pedagang maupun barang dagangannya di pasar. Di Pasar Gondangdia, kata dia, banyak kaleng tahu kosong berjejer. Dia pun terpaksa tidak lagi memasak tempe atau tahu di warungnya.

Menurut dia, sebenarnya dia bisa membeli tempe dan tahu sebanyak-banyaknya, kemudian disimpan di dalam lemari pendingin, mengolahnya dengan ukuran yang lebih kecil. Namun, karena ingin tetap menjaga kualitas rasa, Arie enggan melakukannya.

Untuk mengakalinya, ia berdagang memperbanyak gorengan jenis lainnya, seperti risoles, pisang goreng, dan bakwan. "Tetap saja banyak ibu-ibu yang tanya dan belum tahu kalau hari ini mogok tahu tempe. Mereka kebanyakan sedih enggak bisa masak tempe," ujarnya.

Arie mengatakan, harga tempe di pasar kini telah mencapai Rp 9.500 per baloknya. Biasanya, tempe dijual dengan harga Rp 5.000. Sementara untuk harga tahu kulit, yang biasanya dijual Rp 2.000 per 10 bijinya, kini dijual dengan harga Rp 2.500 per 10 biji dan diperkecil ukurannya.

Untuk harga tahu putih, menurut dia, setiap harinya, harganya semakin naik, mulai dari Rp 2.000 hingga Rp 3.000. Harga tahu kuning pun naik, biasanya seharga Rp 2.500, naik menjadi Rp 3.500 per 10 biji.

Para perajin tempe dan tahu di Jakarta akan melakukan mogok produksi selama tiga hari. Langkah tersebut diambil sebagai bentuk protes menyikapi kenaikan harga kedelai yang kian menggila. Harga kedelai telah mencapai Rp 990.000 per kuintal. Padahal, harga sebelumnya Rp 700.000 per kuintal.

Dengan keadaan itu, diharapkan pemerintah segera mengambil langkah cepat untuk mengembalikan harga kedelai ke harga semula.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com