Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini hingga Lusa, Produsen Tempe dan Tahu Mogok

Kompas.com - 09/09/2013, 08:31 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com— Produsen tempe dan tahu di seluruh Indonesia resmi mogok berproduksi selama tiga hari sejak Senin (9/9/2013) ini hingga Rabu (11/9/2013) mendatang. Pemogokan dilakukan sebagai bentuk protes atas meroketnya harga kedelai, bahan baku utama pembuatan tempe dan tahu. ”Kalau di Jakarta, anggota kami semua sepakat mogok. Kami mohon maaf kepada seluruh masyarakat jika terganggu akibat sikap kami ini. Tujuan kami jelas, yaitu meminta pemerintah menstabilkan harga dan ketersediaan kedelai,” kata Suyanto, Sekretaris Jenderal Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), Minggu (8/9).

Ia menyebutkan, sebanyak 5.200 pembuat tempe tahu di Jakarta dipastikan mogok. Hasil pendataan Gakoptindo, di Jawa Barat dan Jawa Tengah, hingga kemarin tercatat 80 persen produsen tempe tahu juga ikut mogok. Di Jawa Timur dan Bali, baru sekitar 50 persen produsen yang menyatakan akan mogok.

Meski aksi mogok ini resminya baru mulai Senin ini, para produsen sudah menghentikan produksi sejak beberapa hari terakhir. Sejak Jumat, 6 September, pengurus koperasi tempe dan tahu sudah meminta perajin berhenti produksi.

Menurut Suyanto, penghentian produksi tempe sudah dilakukan Jumat-Minggu karena dibutuhkan waktu tiga hari untuk membuat tempe, mulai dari
perebusan kedelai, pengolahan, hingga fermentasi. Dengan demikian, pada Senin hingga Rabu, dipastikan tak ada suplai tempe di pasaran. Adapun untuk produsen tahu diminta tak berproduksi sejak kemarin. Pasalnya, tahu hanya membutuhkan waktu satu hari produksi.

Suyanto mengatakan, langkah ini diambil pengurus koperasi agar gerakan mogok produksi tempe dan tahu dapat berjalan lancar. Selain itu, menurut dia, langkah bersama ini juga untuk menghindari konflik di antara sesama pengusaha akibat gerakan yang tak serentak seperti yang terjadi pada 2012.

Sudah kosong

Berdasarkan pantauan di sejumlah sentra industri tempe dan tahu, kemarin, aktivitas produksi terlihat sudah berhenti. Di Kelurahan Kedaung, Pamulang, misalnya, rak-rak di teras rumah warga yang biasa dipakai untuk meletakkan tempe-tempe hasil produksi terlihat kosong.

Beberapa pabrik tahu yang berada di tempat itu juga terlihat lengang dan tutup. Tak terlihat asap dari tungku pembakaran pabrik yang biasanya mengepul setiap hari. Sejumlah pengusaha mengatakan, sudah sekitar empat hari ini mereka tidak lagi berproduksi.

Para pengusaha tempe dan tahu ini juga menyatakan siap menanggung rugi untuk menyelamatkan usaha mereka yang terhantam meroketnya harga kedelai. ”Biar saja rugi sebentar daripada nanti rugi terus-terusan karena harga kedelai tidak turun-turun,” kata Turah (50), seorang pembuat tempe.

Turah yang biasanya sehari-hari sibuk membuat tempe, kemarin hanya duduk-duduk di emperan rumah bersama tetangganya yang juga pembuat tempe. ”Saya biasanya sehari habis 65 kilogram kedelai,” ujarnya.

Menurut Rujito, perajin tempe, kerugian akibat aksi mogok ini di Tangerang Selatan saja mencapai miliaran rupiah. ”Ada sekitar 600 perajin tahu tempe yang akan mogok,” ujar Rujito.

Konsumen kehilangan

Sementara dari pantauan di sejumlah pasar, seperti Pasar Bukit, Pamulang, dan Pasar Jombang, Ciputat, tahu dan tempe kemarin masih terlihat dijual. Namun, sejumlah warung tegal sudah merasa kehilangan dua produk makanan favorit pelanggannya itu meski kemarin masih mendapat tempe tahu sesuai dengan kebutuhan.

”Tahu tempe itu, kan, tidak cuma digoreng, tapi juga disayur. Jadi lauk iya, camilan iya, semuanya. Tanpa tempe dan tahu pasti kurang rasanya di sini,” kata Sutarmi, pemilik warteg di Kebayoran Lama.

Di etalase warteg, tempe tahu terlihat jelas menjadi bahan utama untuk ditumis bersama sayur. Sayur lodeh tambah sedap dengan irisan tempe. Sayur tahu, berisi potongan tahu dan sawi serta cabai merah yang berkuah, pun jadi menu wajib di warteg.

Tahu goreng isi, tahu dan tempe goreng tepung, atau digoreng garing menjadi lauk wajib ataupun pendamping bermacam lauk lain, seperti ayam dan daging.

”Kalau tidak ada tempe tahu, bisa makan sama sayur saja saya. Mampunya cuma itu,” kata Rohmat, pedagang asongan.

Suyanto menambahkan, mogok produksi ini harus dilakukan karena pemerintah tak juga melakukan tindakan apa pun untuk mengendalikan lonjakan harga kedelai yang saat ini mencapai Rp 9.300-Rp 9.400 per kilogram. Padahal, lonjakan harga kedelai ini sudah pernah terjadi sebelumnya pada 2008 dan 2012, tetapi pemerintah tak pernah mengantisipasinya. (MDN/NEL/RAY)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com