Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala Sekolah Dilema Tangani Siswa Bermasalah

Kompas.com - 02/11/2013, 11:00 WIB
Dian Fath Risalah El Anshari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah kepala sekolah mengaku kesulitan menangani siswa bermasalah. Mereka merasa dilema dalam bertindak, antara memberi pendidikan atau sanksi. Hal itu terungkap dalam Sosialisasi Perlindungan Anak dan Pendidikan Seks kepada kepala sekolah dan komite SMP Negeri/Swasta DKI Jakarta di Balai Yos Sudarso, Jakarta Utara, Jumat (1/11/2013).

Kepala Sekolah SMP PL Rahman, Pancoran, Dahlan Hasim, mengaku kesulitan dalam menangani anak didiknya yang bermasalah. Di satu sisi, dia merasa harus tetap mendidik para siswa yang bermasalah. Di sisi lain, ada anak didik lain yang perlu diselamatkan agar tidak terpengaruh perilaku menyimpang.

"Kalau ada kasus seperti SMPN 4 (berbuat asusila), walau anak itu nakal, sebagai guru, seperti apa yang harus kita lakukan? Terhadap anak yang bermasalah atau ratusan anak lain di sekolah yang kita pentingkan?," tanya Rahman.

Kepala Sekolah SMP Diponegoro 1, Suparni Saidi, juga mempertanyakan hal senada. Aturan yang berlaku di sekolahnya, bila siswa melakukan pelanggaran menyangkut moral, maka sanksinya dikeluarkan. Namun, tindakan itu menjadi pertanyaan sebagian orang tua siswa.

Menjawab kebingungan itu, Ketua Komisi Perlindungan Anak (KPAI) Badriyah Fayumi menganalogikan pembangunan sebuah gedung oleh seratus anak. Selama proses pembangunan tersebut, empat anak diantaranya berperilaku tidak baik. Akan menjadi masalah jika keempatnya tidak lagi dilibatkan dalam pembangunan.

"Problemnya, kalau melepas anak yang bermasalah, maka akan hancur pondasi bangsa kita ini ke depan. Bisa saja keempat anak tersebut malah membuat bom meledakkan gedung dan meruntuhkan semuanya," ujarnya.

Badriyah berharap kedepannya para pendidik lebih tanggap dan jeli terhadap persoalan anak didik. Ia memberi contoh kasus perbuatan asusila para siswa SMPN 4. Kasus itu sudah pernah dilaporkan, namun tidak ditanggapi. "Bahkan yang melapor justru dihardik mengada-ada," katanya.

Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudi Mulyanto mengatakan, kegiatan sosialisasi kepada kepala sekolah seperti ini akan terus dilakukan. Ia membantah kegiatan tersebut hanya sebagai respon dari kejadian di SMPN 4. Namun, tujuannya untuk masa depan dan melindungi anak dari tindak kekerasan.

"Hari ini kita undang 500 kepala sekolah, besok 500 komite, agar sinkron antara orang tua dan sekolah," pungkasnya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Akses Jalan Jembatan Bendung Katulampa Akan Ditutup Selama Perbaikan

Akses Jalan Jembatan Bendung Katulampa Akan Ditutup Selama Perbaikan

Megapolitan
Tidak Kunjung Laku, Rubicon Mario Dandy Bakal Dilelang Ulang dengan Harga Lebih Murah

Tidak Kunjung Laku, Rubicon Mario Dandy Bakal Dilelang Ulang dengan Harga Lebih Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Gunakan Wisma Atlet buat Tampung Warga Eks Kampung Bayam

Pemprov DKI Disarankan Gunakan Wisma Atlet buat Tampung Warga Eks Kampung Bayam

Megapolitan
Terlibat Tawuran, Dua Pelajar Dibacok di Jalan Raya Ancol Baru

Terlibat Tawuran, Dua Pelajar Dibacok di Jalan Raya Ancol Baru

Megapolitan
Potret Kemiskinan di Dekat Istana, Warga Tanah Tinggi Tidur Bergantian karena Sempitnya Hunian

Potret Kemiskinan di Dekat Istana, Warga Tanah Tinggi Tidur Bergantian karena Sempitnya Hunian

Megapolitan
Dinas SDA DKI Targetkan Waduk Rawa Malang di Cilincing Mulai Berfungsi Juli 2024

Dinas SDA DKI Targetkan Waduk Rawa Malang di Cilincing Mulai Berfungsi Juli 2024

Megapolitan
Pemprov DKI Teken 7 Kerja Sama Terkait Proyek MRT, Nilai Kontraknya Rp 11 Miliar

Pemprov DKI Teken 7 Kerja Sama Terkait Proyek MRT, Nilai Kontraknya Rp 11 Miliar

Megapolitan
Penampilan Tiktoker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Penampilan Tiktoker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Megapolitan
4 Pebisnis Judi 'Online' Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

4 Pebisnis Judi "Online" Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

Megapolitan
Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Megapolitan
Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Megapolitan
Masih Banyak Penganggur di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Masih Banyak Penganggur di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Megapolitan
Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com