Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang 2014, Omzet Penjual Atribut Parpol Menurun

Kompas.com - 05/11/2013, 14:59 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Memasuki Pasar Senen, Jakarta Pusat, pengunjung bakal disuguhi pemandangan berbeda. Dari luar pasar sudah terlihat berbagai atribut parpol, mulai dari spanduk, bendera, jaket, kaus hingga aksesori seperti pin dan gantungan kunci yang semua berlogo parpol.

Pada musim pemilihan umum, Pasar Senen biasa menjadi "jujugan" parpol, calon legislatif, calon kepala daerah, hingga calon presiden untuk memesan berbagai atribut terkait kepentingan kampanye.

Namun, kali ini para pedagang merasa deg-degan karena sudah menjelang tahun 2014, tetapi penjualan atribut kampanye tidak seperti masa kampanye tahun-tahun sebelumnya. Adi (30), seorang pedagang atribut kampanye, merasakannya. Dia hanya mendapat sedikit pesanan tahun ini.

Adi mengatakan, kemungkinan besar hal itu disebabkan peraturan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang membatasi pemasangan atribut kampanye bagi peserta pemilu. "Jadi tahun ini justru kurang ramai, kalau tahun-tahun sebelumnya belum ada peraturan begitu," kata Adi.

Seperti diketahui, KPU memang telah membuat peraturan yang mengatur pembatasan penggunaan alat peraga untuk setiap partai peserta pemilu baik dalam hal jumlah, ukuran, maupun ruang publik untuk memasang alat peraga.

Tahun-tahun lalu, kata Adi, bisnis ini menghasilkan keuntungan besar karena pemesanan dilakukan dalam jumlah besar. "Yang beli jumlahnya memang sedikit, tapi langsung borongan," kata Adi.

Hal serupa disampaikan Fajar (41), pria yang mengaku mengalami penurunan omzet yang disebabkan oleh peraturan KPU. Fajar biasa menerima pesanan hingga ke seluruh pelosok Indonesia.

Menjelang tahun politik, dia biasa melakukan persiapan khusus baik penambahan karyawan maupun bahan baku. Namun, hal tersebut tidak dilakukannya jelang 2014 ini. "Kalau sekarang sepi, jadi enggak perlu persiapan khusus lagi," ujar dia.

Sementara itu, pedagang lainnya, Riko (32), menilai penurunan omzet ini tidak hanya disebabkan oleh peraturan KPU. Pria yang sudah mulai berjualan atribut parpol sejak tahun 2003 tersebut menilai, penurunan pemesanan juga disebabkan oleh gaya kampanye yang telah berubah dari waktu ke waktu.

Kampanye saat ini, menurutnya lebih sering dilakukan bakal calon dengan turun langsung ke lapangan. "Belum lagi sekarang juga kan sudah ada internet, mereka (bakal calon) lebih sering kampanye di situ," ujar Riko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi 'Online' di Depok yang Jual Koin Slot lewat 'Live Streaming'

Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi "Online" di Depok yang Jual Koin Slot lewat "Live Streaming"

Megapolitan
Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Megapolitan
Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Megapolitan
Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi Mulai Mei 2024

Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi Mulai Mei 2024

Megapolitan
Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Megapolitan
Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Megapolitan
Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Megapolitan
PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

Megapolitan
Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Megapolitan
Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Megapolitan
Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Megapolitan
Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Megapolitan
Kebakaran Tempat Agen Gas dan Air di Depok, Satu Orang Meninggal Dunia

Kebakaran Tempat Agen Gas dan Air di Depok, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Banyak Warga Berbohong: Mengaku Masih Tinggal di Jakarta, padahal Sudah Pindah

Banyak Warga Berbohong: Mengaku Masih Tinggal di Jakarta, padahal Sudah Pindah

Megapolitan
Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com