Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seluruh Aspek Kota Tua Jakarta Direvitalisasi

Kompas.com - 07/11/2013, 16:33 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Konsorsium revitalisasi Kota Tua Jakarta akan mulai menata kawasan bersejarah tersebut pada 2014. Revitalisasi ini dilakukan pada semua aspek, mulai dari fisik bangunan hingga masalah sosial.

Kawasan Kota Tua Jakarta berusia paling tua dibanding kawasan kota tua se-Asia Tenggara. Jumlah bangunan bersejarah yang banyak serta jarak antarbangunan yang saling berdekatan menjadikan kawasan itu layak disebut permata Kota Jakarta.

Woerjantari Soedarsono, arsitek dari Insitut Teknologi Bandung yang merancang revitalisasi Kota Tua, mengatakan, konsorsium tersebut akan merevitalisasi dua kawasan kota tua. Kawasan itu meliputi area seluas 384 hektar di Sunda Kelapa-Pinangsia dan 134 hektar di dalam tembok museum Kota Tua.

"Semua di kawasan seluas itu akan direvitalisasi. Ada 200 unit bangunan, pembenahan lalu lintas, membangun infrastruktur jalan, trotoar, sungai, mengembangkan aktivitas di kawasan itu," ujar Woerjantari saat pemaparan revitalisasi Kota Tua di Balaikota Jakarta, Kamis (7/11/2013) siang.

Penataan gedung-gedung bersejarah akan dikelola oleh Pemprov DKI, swasta, dan BUMN sebagai bagian dari konsorsium tersebut. Penataan gedung ini tergantung status kepemilikan gedung tersebut.

Untuk pembenahan lalu lintas, akan dilakukan rekayasa lalu lintas, penutupan sejumlah ruas jalan. Konsepnya adalah menjadikan jalur wisata yang digunakan oleh pengunjung. Demikian juga penataan trotoar dan normalisasi sungai di sana.

Soal mengaktifkan kegiatan di kawasan tersebut, terdapat beberapa rencana yang akan dilaksanakan, antara lain pengembangan wisata budaya dan tepi air Sunda Kelapa, pengembangan warga di kawasan hunian bertingkat, pengembangan ruang terbuka hijau, serta pengembangan atraksi masyarakat di tepi sungai kawasan.

"Kita pun ingin menjadikan kawasan ini sebagai likely city. Indikator itu adalah adanya pedagang kaki lima. Tapi jumlahnya dibatasi sehingga teratur dan kita mudah mengaturnya," ujar  Woerjantari.

Dia menargetkan, revitalisasi kawasan Kota Tua tersebut dapat rampung 2 hingga 20 tahun yang akan datang. Namun, dia mengingatkan bahwa revitalisasi yang dikerjakan bukan soal fisik saja. Revitalisasi harus mencakup pola hidup masyarakat yang tinggal serta melaksanakan aktivitas sehari-hari di kawasan itu. Adaptasi masyarakat di kawasan itulah yang memerlukan waktu lama.

"Revitalisasi ini bukan mengusir warga yang ada di sana. Malahan kita inginnya kawasan kota tua berbasis masyarakat di sana. Itu lihat aja kota-kota sejarah di dunia, warganya berdaya," kata Woerjantari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com