JAKARTA, KOMPAS.com —
Pengerukan Waduk Pluit untuk sementara berhenti. Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta menganggarkan kegiatan pengerukan hingga 9 November. Pengerukan selanjutnya dilakukan melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).

”Dana pengerukan dari APBD cukup sampai 9 November. Selanjutnya, pengerukan dikerjakan swasta lewat program CSR. Mereka sekarang sedang melengkapi perizinannya,” kata Joko Susetyo, Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta.

Untuk mempercepat pekerjaan, pengerukan berikutnya dilakukan dengan menggunakan kapal keruk. Hal yang sama dilakukan di Waduk Sunter Utara karena pertimbangan efisiensi.

Dari pengamatan Kompas, pengerukan Waduk Pluit seluas 60 hektar baru menjangkau 20 hektar area waduk. Sepekan sejak proyek berhenti, sebagian perairan yang dikeruk sudah ditumbuhi eceng gondok. Kondisi serupa terlihat di Waduk Sunter Selatan di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Jumlah backhoe dan truk pengangkut endapan berkurang dibandingkan dengan beberapa pekan lalu. Terkait hal itu, ujar Joko, pengerukan Waduk Sunter Selatan sempat terkendala pencairan anggaran.

”Kami harus cek hasil pekerjaan kontraktor, setelah itu klaim bisa dibayarkan. Tetapi, pengerukan saya pastikan jalan terus, kami minta ada penambahan alat berat,” kata Joko.

Di Waduk Halim, Jakarta Timur, pengerukan sempat terhenti karena kerusakan alat berat. Dinas PU meminta kontraktor segera mengganti dan melanjutkan pekerjaan.

Sementara itu, di Jakarta Pusat, normalisasi saluran air dilanjutkan dengan membongkar 30 bangunan di RT 012 RW 005, Kelurahan Cempaka Baru, Kemayoran. Pembongkaran dilakukan karena bangunan-bangunan itu berdiri di atas saluran air.

”Karena tertutup bangunan, wilayah ini rawan tergenang,” kata Wakil Camat Kemayoran Uus Kuswanto. (HRS/MKN/NDY)