KOMPAS.com - KEPUTUSAN Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo melaksanakan proyek mass rapid transit di satu sisi memutus rantai keraguan akan kesungguhan pemerintah membangun angkutan massal. Namun, daya dukung wilayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan, sebagai lokasi awal pembangunan MRT dipertanyakan.
Di sisi lain, putusan itu membuat sebagian warga terperenyak karena Terminal Lebak Bulus yang sehari-hari menjadi sumber nafkah mereka terimbas. Mumu (30), pengurus sebuah perusahaan bus, mengaku gusar. Lebih kurang seminggu lalu, bus-bus antarkota antarprovinsi (AKAP) sudah tidak lagi dapat memasuki Terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Menurut dia, Gubernur masih menyatakan menunda penutupan, tetapi Dinas Perhubungan DKI Jakarta tetap menjalankan niat mereka menutup terminal itu.
”Jalan keluar dari terminal sudah dipagari dengan blok-blok beton. Terpaksa kami pindah, apalagi beberapa rekan kami ditilang karena memaksa menurunkan penumpang di Lebak Bulus,” kata Mumu ketika ditemui pada Minggu (19/1), di Terminal Pondok Cabe, Tangerang Selatan.
Satu per satu perusahaan bus AKAP akhirnya mengalihkan pos operasional mereka dari Terminal Lebak Bulus ke Terminal Pondok Cabe. Terminal Pondok Cabe yang terbengkalai selama 13 tahun pun perlahan-lahan dibenahi lewat campur tangan Paguyuban Mitra Niaga.
Perkumpulan warga Pondok Cabe Udik itu telah membangun kios-kios kecil untuk menjual tiket. Mereka untuk sementara waktu mengelola terminal itu sebelum nantinya diserahkan kepada dinas perhubungan setempat.
Pendek kata, persoalan perpindahan perlahan-lahan....(selengkapnya baca Harian Kompas edisi Senin 20 Januari 2014).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.