Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak Semua Pengemis di Petak Sembilan Untung, Ada Juga yang Rugi

Kompas.com - 31/01/2014, 13:37 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Tak semua pengemis yang memenuhi pelataran Wihara Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat, Jumat (31/1/2014), mendapat peruntungan pada hari raya Tahun Baru Imlek. Ada pula yang justru merugi karena telah mengeluarkan ongkos tetapi tak mendapat angpau.

Nani (48), yang datang bersama Rani (23), anaknya, kurang beruntung hari ini. Berimpitan dengan ratusan pengemis lainnya, Rani menggendong Lia, anaknya yang masih berusia 3 tahun. Tangisan Lia tak menggugah para jemaat mengulurkan angpau kepada Rani.

Nani dan Rani  mengaku baru kali ini "mengadu peruntungan" di Petak Sembilan. Sehari-hari, Nani bekerja sebagai buruh cuci. Karena kondisi kesehatan yang sudah memburuk, dia hanya mencuci untuk satu rumah tangga dengan upah Rp 300.000 per bulan.

Sementara Rani bekerja di perusahaan konveksi. Penghasilannya tidak menentu. Jika pesanan ramai, dalam seminggu, dia bisa mendapatkan Rp 250.000. Namun, jika sedang sepi, penghasilannya kurang dari Rp 200.000 per minggu. Tidak ada penghasilan tambahan.

Suami Nani sudah meninggal sejak lama, sementara suami Rani yang bekerja di luar kota tidak lagi mengirimkan uang sejak beberapa bulan yang lalu. "Semenjak ribut kemarin, dia udah enggak pernah kirim uang lagi. Mungkin sekarang sudah punya cewek lain di sana," ujar Rani lirih.

Akhirnya, karena hari ini mendapatkan jatah libur dari tempat kerjanya masing-masing, mereka memutuskan untuk mencari peruntungan di Wihara Petak Sembilan. Ini adalah kali pertama mereka mencari nafkah di wihara.

"Ini juga tahu dari teman, akhirnya kita ke sini aja, daripada di rumah enggak ada penghasilan," kata Nani.

Saat matahari baru keluar dari persembunyiannya, mereka berangkat naik kereta, lalu lanjut menumpang angkutan umum. Total, mereka harus mengeluarkan uang Rp 12.000 untuk mencapai Wihara Petak Sembilan ini.

Namun, hingga pukul 09.30 WIB, mereka belum juga mendapatkan angpau yang diharapkan. Sebenarnya, mereka berniat untuk menunggu hingga sore atau bahkan malam hari. Namun, Lia sudah terus-menerus menangis mengajak pulang dari tadi.

Kondisi di pelataran wihara yang harus berimpit-impitan dengan pengemis lain sepertinya membuat Lia tidak kerasan berada lama-lama di sana.

Bebagai upaya dilakukan oleh Rani dan Nani untuk menenangkan sang buah hati. Namun, tidak ada upaya yang berhasil. Karena tak tega melihat Lia yang terus menangis, akhirnya, di tengah-tengah perbincangan dengan Kompas.com, mereka memutuskan untuk meninggalkan wihara dan pulang ke rumah.

Alih-alih mendapatkan uang melimpah dari angpau yang dibagikan jemaat, mereka justru harus merugi. "Izin pulang dulu ya Mas. Enggak apa-apalah daripada anak nangis terus. Mungkin belum rezekinya," kata Nani sambil beranjak meninggalkan lokasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper: Korban Ternyata Minta Dinikahi | Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak

[POPULER JABODETABEK] Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper: Korban Ternyata Minta Dinikahi | Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak

Megapolitan
Rute Transjakarta 10M Pulo Gadung - Walikota Jakarta Utara via Cakung

Rute Transjakarta 10M Pulo Gadung - Walikota Jakarta Utara via Cakung

Megapolitan
Lokasi dan Jadwal Pencetakan KTP dan KK di Tangerang Selatan

Lokasi dan Jadwal Pencetakan KTP dan KK di Tangerang Selatan

Megapolitan
Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Megapolitan
Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Megapolitan
Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Megapolitan
Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Megapolitan
Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Megapolitan
Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Megapolitan
Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com