Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki Berharap Kasus Bus Karat Ditangani KPK, Bukan Kejagung

Kompas.com - 07/03/2014, 16:48 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menilai, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) lebih kredibel dalam menangani suatu perkara hukum. Dia berharap agar KPK yang nantinya menangani kasus bus berkarat.

"Ya, inikan KPK periksa, Kejagung (Kejaksaan Agung) juga kemungkinan periksa. Kalau Kejagung sudah periksa, KPK tidak bisa. Jadi, Kejagung slow sedikit, biar KPK yang ambil alih karena presentase KPK bisa memenjarakan orang kan lebih tinggi," kata Basuki di Balaikota Jakarta, Jumat (7/3/2014).

Jika nantinya kasus tersebut telah ditangani oleh KPK, Basuki berharap agar penanganannya dilakukan seperti kasus pengadaan truk pemadam kebakaran oleh Kementerian Dalam Negeri pada beberapa tahun silam. Yakni, dengan cara membedah objek yang menjadi bahan penyelidikan.

Saat ini, berkas pemeriksaan kasus tersebut telah dilimpahkan Inspektorat Provinsi DKI Jakarta ke Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Basuki menduga, pihak-pihak yang terlibat penyelewengan telah mempersiapkan segala prosedur yang dijalankan sematang mungkin, seolah-olah tidak ada masalah sama sekali.

"Sama kaya kasus Damkar, waktu itu Kejagung bilang tidak pernah ada masalah. Tapi begitu KPK yang tanganin, diambil dibedah langsung ketahuan kasus mobil pemadam kebakaran," ujarnya.

Meski begitu, Basuki menolak jika dianggap meragukan kinerja Kejagung. Ia hanya lebih menyukai cara kerja lembaga pimpinan Abraham Samad itu, daripada lembaga penegak hukum lainnya.

"Bukan meragukan Kejagung. Saya lebih suka cara KPK menjerat yang orang. Karena di KPK, kalau kamu bilang main RP 1 miliar, tapi kamu punya harta Rp 10 miliar, KPK akan cek yang Rp 9 miliar-nya," kata Basuki.

"KPK bisa melakukan pembuktian terbalik, dan gunakan tindakan pidana pencucian uang. Jadi, yang Rp 9 miliar harus dibuktikan dari mana asalnya. Kalau enggak, nanti bisa disita. Itu yang menarik, tujuan kita kan memang untuk efek jera," katanya lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Megapolitan
Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Megapolitan
Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Megapolitan
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Megapolitan
Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com