Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dikecam Tak Simpatik pada Ibu Hamil, Beredar Pembelaan dari Akun Dinda

Kompas.com - 16/04/2014, 17:48 WIB
Hindra Liauw

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gambar screenshot media sosial yang dimiliki perempuan bernama Dinda kembali beredar di media sosial. Dalam screenshot itu, Dinda menyampaikan pembelaan terhadap sikapnya yang dinilai tidak simpatik terhadap ibu hamil di kereta api.

"Path gw nyebar gara2 statemen ibu hamil yaa.. ayo monggo yang judge gw ngerasain dulu tiap hari naik kereta trs tiap hari berangkat abis subuh cuma biar dapet tempat duduk.. emg lw smuaa pada ngertiii kaki gw pincang2 gara2 geser tulangnya.. gak kan.. makanyaa gw bela2in berangkat jam 5 pagi buat dapet tmpat duduk..eh tiba2 ada ibu2 hamil baru masuk kereta jam 7 pagi.. gw udh lari2an jam 5 pagi jgn pada maunya cuma dingertiin doag para ibu.. emg gw belum hamil tapi kaki gw sakit aja gw ngerti ga mau nyusain org ko.. pliss sama2 dong kita saling ngerti jgn cuma maunyua enaknyaa doang yaa ibu2.. ayoo sinii yg ngejudge ikut sayaa yaa berangkat dari rumah saya jam 5 naik kereta tiap hari dari rumah saya 1 kali naik ojek trs 2 kali naik angkot lho ke stasiun.. ikutin aja rutinitas saya tiap hari kalo ga ada komen apa2 berarti saya yang berlebihan.. hehe..," tulis Dinda.

Pernyataan ini mengundang keprihatinan. Dwi, seorang ibu beranak satu, yang merupakan pengguna KRL Jakarta-Depok, menyebutnya sebagai anak muda yang miskin empati.

"Andai dia juga paham dan sadar bahwa bersama ibu hamil ada kelangsungan satu nyawa yang harus dijaga. Sebagai yang pernah diberi anugerah mengandung, kondisi fisik ibu hamil ga bisa dilihat sebagai kondisi normal. Gampang lelah, dan itu berbahaya buat janin," tulis Dwi.

"Tapi mbok ya dijaga komennya, ga sarkas banget gitu. Dr komennya, dia cuma melihat ibu hamil sebagai sosok yang minta diistimewakan tanpa memahami kondisi fisik dan satu nyawa yang dikandung. Semoga dicerahkan, atau minimal menyadari mungkin suatu saat dia akan menjalani fase yang sama. Saat itu, dia akan sadar bahwa semua ga semudah yang diucapkan: disuruh naik bis atau brkt subuh2 seperti dia. Kasihan banget kamu mbak," tambah Dwi.

Sebelumnya, sikap yang dinilai tidak simpatik ini memperoleh kecaman di media sosial.

"Astaghfirullah tuh perempuan!!!! dia ga ada empati2nya banget yak.. dia ga pernah diceritain kali ya sama ibunya waktu ibunya hamil dia gimana beratnya tuh perut bawa dia, gimana pegelnya tuh kaki nahan berat badannya, gimana pegelnya tuh pinggang ngegendong dia dalam perut, gimana mudahnya haus dan lapar karena cairan dan asupan makanan diserap dia dalam perut jadi perlu simpan tenaga, gimana mudahnya kleyengan dan pusing karena kekurangan darah, dll!!! emosi gw," ujar Aprilia melalui akun Facebook-nya.

"Mungkin dia bkn perempuan. Tega bgt sama ibu hamil kayak gitu," ujar Gloria Anastasia melalui akun Twitter-nya, @glosiegers.

"Menurut saya, kehamilan itu satu hal yang mulia. Jadi kalo para ibu hamil minta perlakuan khusus-selama masih masuk akal, ya kasih aja sih," kata Ryu Deka melalui akun Twitter-nya, @RyuDeka.

Gerbong perempuan

Miko, seorang pengguna KRL Jakarta-Depok, mengatakan, fenomena seperti ini kerap terjadi. Ia mengatakan, penumpang yang berada di gerbong perempuan bahkan terkadang cenderung lebih tidak toleran.

"Sering ketika ada ibu hamil atau membawa anak, ketika masuk gerbong perempuan, mereka tidak mau memberi tempat duduk. Mereka merasa paling berhak untuk duduk," katanya.

Sementara itu, Dhika, yang juga seorang pengguna KRL Jakarta-Depok, mengaku pernah mendapat perlakuan serupa.

"Masalah memberi kursi adalah masalah hati nurani. Kalau memang tidak sakit, mengapa tidak langsung berdiri dan memberi tempat duduk?" kata Dhika.

Dhika juga menyayangkan adanya penumpang yang kerap menempati kursi yang diperuntukkan bagi wanita hamil, orang lanjut usia, dan kaum difabel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Inikah Akhir Perjalanan Rosmini, Ibu Pengemis yang Marah-marah?

Inikah Akhir Perjalanan Rosmini, Ibu Pengemis yang Marah-marah?

Megapolitan
DJ East Blake Serahkan Diri ke Polisi Usai Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

DJ East Blake Serahkan Diri ke Polisi Usai Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

Megapolitan
Maju Mundurnya Ridwan Kamil Untuk Pilkada DKI Jakarta...

Maju Mundurnya Ridwan Kamil Untuk Pilkada DKI Jakarta...

Megapolitan
Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak: Pelaku Rekan Kerja, Motif Ekonomi Jadi Alasan

Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak: Pelaku Rekan Kerja, Motif Ekonomi Jadi Alasan

Megapolitan
DJ East Blake Ambil Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih Diam-diam karena Sakit Hati Diputuskan

DJ East Blake Ambil Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih Diam-diam karena Sakit Hati Diputuskan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Megapolitan
Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Megapolitan
Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Gerebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Wilayah Sentul Bogor

Polisi Gerebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Wilayah Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com