Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengacara: Kematian Azwar Janggal

Kompas.com - 27/04/2014, 01:42 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Pengacara Irfan Fahmi menilai ada yang janggal dalam kematian kliennya, Azwar (27 th), di toilet unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Sabtu (26/4/2014).

Menurutnya, salah satu kejanggalan tersebut bahwa polisi menyebutkan Azwar sebagai tersangka pelaku sodomi siswa Jakarta International School (JIS) tewas setelah menenggak cairan pembersih lantai di dalam toilet pada siang hari.

Padahal, pada sore harinya, polisi mempublikasikan melalui konferensi pers tentang lima pelaku sodomi tersebut dan tanpa ada nama Azwar di dalamnya.

"Nah itu. Saya juga menyayangkan. Kenapa bisa?" ujar Fahmi saat mendatangi jenazah Fahmi yang tengah diautopsi di RS Polri, Kramat Jati, Jaktim, Minggu (27/4/2014) dini hari.

Diberitakan, pada Sabtu sekitar pukul 15.00 WIB, Kabid Humas Polda Kombes Rikwanto dan Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Heru Pranoto menggelar jumpa pers ke media massa di kantor Ditreskrimum, dengan menampilkan dan menjelaskan peran lima tersangka sodomi siswa JIS.

Kelima tersangka itu adalah Agun Iskandar alias AG (25), Virgiawan alias Awan, Syahrial alias SY (20), Zaenal alias ZA (25) dan Afrischa Setyani alias AF (24). Selain itu, pihak polda menyatakan ada satu pelaku lain yang masih dilakukan pengejaran.

Fahmi menceritakan, awalnya Azwar sebatas saksi kasus ini. Dan baru pada Sabtu dini hari, pihak keluarga menerima surat penangkapan Azwar dari Polda Metro Jaya.

Selanjutnya, Azwar dibawa ke Mapolda Metro Jaya untuk diperiksa. Fahmi mendatangi Unit PPA Mapolda Metro Jaya pada sekitar pukul 12.00 WIB. Namun, petugas PPA menyampaikan Azwar tengah dibawa petugas lain, namun tidak jelas tujuan dibawanya. "Petugas itu nyuruh saya 'Tunggu aja'. Saya tunggu di PPA," ujarnya.

Di ruang PPA itu, Fahmi mengaku melihat pihak Ditreskrimum menggelar jumpa pers dengan menghadirkan lima tersangka. Karena menyangka jumpa pers tersebut berlangsung lama, Fahmi meninggalkan Unit PPA.

Meski begitu, Fahmi menghubungi kerabat dan keluarga Azwar untuk membantu memastikan ada atau tidak Azwar di antara kelima tersangka yang dipublikasikan di sejumlah televisi itu.

Dari merekalah Fahmi baru mengetahui bila Azwar tidak ada di antara kelima tersangka yang dipublikasikan pihak Ditreskrimum itu.

"Dari kerabat-kerabat itu saya dikasih tahu, 'Bang, tidak ada Azwar di situ'. Karena mereka yang hapal ciri Azwar, mereka bisa bisa identifikasi meski dia pakai topeng," ujar Fahmi.

Setelah memantau pemberitaan tentang konferensi pers lima tersangka itu, Fahmi pun makin yakin jika Azwar tidak ada di antara lima tersangka yang ditunjukkan pihak kepolisian saat itu.

"Bahkan, saya hitung yang lima orang itu, tidak ada Azwar. Padahal kan seharusnya kalau Azwar sudah dilakukan penangkapan maka tersangkanya enam orang," ujarnya.

Setelah itu, Fahmi kembali mendatangi Unit PPA Polda Metro Jaya guna mencari tahu keberadaan Azwar. Dari seorang penyidik, Fahmi diberitahu jika kliennya itu sudah dibawa ke RS Polri, Kramat Jati. Namun, beberapa jam berikutnya justru Fahmi dikabari kliennya itu sudah meninggal dunia.

"Jam lima saya kembali ke PPA, saya bertemu penyidik diberitahu bahwa Azwar ada di RS Polri, katanya masih bernyawa," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com