Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar Senen dalam Kenangan

Kompas.com - 28/04/2014, 07:18 WIB

Oleh: M Suprihadi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus Kebakaran Pasar Senen kemarin, Jumat (25/4), masih dalam penyelidikan polisi. Kemana pedagang akan ditampung dan kapan atau seperti apa renovasi yang akan dilakukan biarlah menjadi urusan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dalam tulisan ini saya ingin mengenang Pasar Senen sebagai pusat belanja modern di masa-masa awal saya datang dan tinggal di Jakarta.

Sebagai pusat belanja modern di Ibu Kota, Pasar Senen atau biasa disebut Proyek Senen di awal 1980-an adalah magnet bagi warga Jakarta. Maklum ketika itu pusat belanja modern hanya ada empat. Selain Proyek Senen, ada Blok M dengan Aldiron Plaza dan Melawainya, lalu Pasar Baru, dan satu lagi adalah Gedung Sarinah yang dibangun di zaman Presiden Soekarno.
 
Lokasinya yang sangat strategis di jantung kota Jakarta membuat Proyek Senen sangat dikenal, baik oleh warga Jakarta sendiri, pendatang dari berbagai pelosok negeri, maupun penduduk sekitar Jakarta macam Bekasi, Bogor, Tangerang yang dulu menyebut ke pinggirannya Jakarta saja sudah ke kota. Maklum, Proyek Senen saat itu sangat dekat dengan Bandara Internasional Kemayoran dan Stasiun Gambir, Terminal Lapangan Banteng, dan Lapangan Monas yang ketika itu merupaka sentralnya kegiatan warga Jakarta. Pendatang dari berbagai pelosok Tanah Air biasa mencari oleh-oleh atau sekadar jalan-jalan cuci mata di Proyek Senen yang menyediakan aneka barang mewah untuk ukuran waktu itu. Tulisan “PASAR SENEN” di atas gedung sangat khgas dan mencolok. Jika malam, hurufnya menyala merah, sangat menawan.
 
Di gedung berlantai empat yang sudah dilengkapi tangga berjalan dan mesin penyejuk udara itu terdapat segala lambang kemewahan waktu itu. Ada Matahari Department Store yang menempati tiga lantai. Membeli kemeja bermerk Arrow, Piere Cardin, atau sekadara Alisan dan Cardinal di Matahari waktu itu sungguh membanggakan. Apalagi celana jeans Levi’s, Tira, dan sepatu Scorpion. Menenteng tas plastik berlogo Matahari biru jijau sambil menuruni tangga dari lantai dua ke areal parkir sisi selatan gedung sungguh serasa menjadi orang kaya. Bukan seperti warga kebanyakan. Apalagi kalau pulangnya menumpang taksi Presiden berwarna kuning merah yang ketika itu benar-benar merajai jalanan Ibu Kota.
 
Selain Matahari, di kompleks perbelanjaan Senen yang waktu itu sangat ramai, berdiri pula Borobudur Department Store dan Robinson yang kemudian berganti nama menjadi Ramayana. Dua pusat belanja busana di sisi utara kompleks Proyek Senen ini sangat ramai karena menggunakan pengeras suara yang selalu berisik dan sering ada obral.  Keramaian itu makin bertambah dengan banyaknya pedagang kaki lima yang berjualan tas, sepatu, sandal, dan pakaian, di sepanjang Jalan Pasar Senen hingga ke terminal yang sekarang masih ada.
 
Pertama kali ke Proyek Senen, saya ingat sekali dengan pusat permainan anak-anak Hoya di sudut kanan sisi barat lantai dua atau seberang Atrium Plaza saat ini. Bukan karena permainannya yang saya tidak pahami ketika itu, tetapi karena lagunya yang khas. Sekarang saya sudah lupa syair lengkapnya, tetapi yang saya ingat ada kata “Hoya hoya ya…”.
 
Persis di samping Hoya ada restoran cepat saji Texas Fried Chicken. Restoran semacam itu masih sangat terbatas di Jakarta saat itu. Yang saya tahu hanya ada di Aldiron dan satu lagi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat. Sedangkan restoran cepat saji sesama ayam goreng dari Amerika, KFC (Kentucky Fried Chicken) tidak ada dii kompleks Proyek Senen, melainkan di sebuah rumah di Cikini. Tempatnya kira-kira sekarang di sudut Stasiun Cikini.
 
Di luar Matahari, gedung Proyek Senen yang kemarin terbakar itu dulu terdiri dari kios-kios seperti yang sekarang masih ada, tetapi dulu sangat ramai. Di lantai satu adalah pusat tekstil. Berbagai kain borkat untuk kebaya dijual di situ. Juga aneka kain tetoron, linen, dan bahan celana-jas famatex dan wool  tersedia di lantai satu sampai saat ini. Tak heran kalau calon pengantin dan keluarga mempelai biasa datang berbelanja di Senen. Merek-merek terkenal macam Ariston dan Modena (kompor gas) atau Singer (mesin jahit), dan Sanyo (kulkas) sudah tersedia di Pasar Senen ketika itu.
 
Masih di lantai satu, terdapat pula toko-toko perlengkapan rumahtangga. Dari gelas piring hingga kompor gas, mesin jahit, kipas angina hingga kulkas dan televisi. Juga ada pusat jam tangan, jam dinding, hingga jam almari yang berbandul besar itu. Di sisi barat terdapat toko alat musik Sincere dengan merek-merek terkenal macam gitar Yamaha dan drum Ludwig. Di toko ini juga dijual aneka perlengkapan dan alat olaharga.
 
Singkat kata, Proyek Senen di tahun 1980-an hingga akhir 1990-an adalah pusat belanja yang sudah menerapkan one stop shopping. Mau belanja apa saja ada. Dari yang kelas murahan di pasar inpres di sisi utara gedung Pasar Senen hingga yang branded untuk zaman itu.
 
Satu lagi yang membuat Proyek Senen tak bisa dilupakan adalah penjualan seragam TNI/Polri, termasuk sepatunya, hingga aneka jaket tentara ala Amerika sekali pun. Ibarat kata, pemuda Jakarta yang kala itu ingin berpenampilan bak tentara bisa sangat mudah menemukan seragam dan sepatu sampai jaket tentara di lantai dua Proyek Senen. Sampai saat ini, lantai dua masih menjadi pusat seragam dan jaket. Di zaman reformasi ketika pemiu diikuti banyak partai, pasar Senen makin eksis. Pesanan seragam partai atau organisasi massa makin menyemarakkan lantai dua pasar ini.
 
Kawasan sekitar

Kemegahan Proyek Senen ketika itu tentu saja menghidupi pula kawasan sekitarnya. Gelanggang Remaja Senen atau dikenal dengan nama Planet Senen yang berlokasi di ujung Jalan Stasiun Senen di sebelah timur Pasar Senen ketika itu menjadi tempat nongkrong para seniman dan kaum muda Jakarta. Tempat itu ramai hingga larut malam, terutama pada Sabtu malam.  Di seberang selatannya, atau persis di ujung Jalan Kramat Bunder persis di simpang lima Senen berdiri dua bioskop: Grand Theater dan Mulia Theater. Dua bioskop yang selalu penuh meski udara di dalamnya pengap bukan main.
 
Masih di sisi selatan agak ke timur ada Jalan Bunga Sepatu yang juga ramai dengan pedagang kaki lima dan barang bekasnya. Pusat barang loak juga ada di Gang Poncol yang berada di seberang rel kereta api.
 
Di sisi barat atau yang sekarang berdiri Atrium Palza itu dulu masih berupa bangunan-bangunan kuno, sebagian khas pecinan, yang digunakan untuk rumah sekaligus toko dan kantor. Majalah Tempo adalah salah satu perusahaan yang berkantor di Segitiga Senen itu. Di sana juga ada rumah makan Kenanga yang terkenal itu.
 
Di sebelah utara, lewat terminal bus sekarang, berdiri Gedung Wayang Orang Barata yang ketika itu selalu ramai. Pertunjukan digelar setiap malam. Di dekat WO Barata ada restoran Gudeg Bu Tjitro yang juga sangat terkenal ketika itu.
 
Merana

Seiring dengan berjalannya waktu, pusat belanja modern terus berdiri di hampir setiap sudut jalan protokol, bahkan sampai ke kawasan pinggiran seperti Clilitan dan Kramat Jati sampai Cijantung, Tanjung Priok sampai ke Kramat Jaya yang dulu terkenal dengan lokalisasi Kramat Tunggak, Sunter, Kelapagading, Rawamangun, hingga Pondok Indah-Lebnakbulus-Ciputat. Juga di Tomang-Grogol-Kalideres-Cengkareng. Pasar Senen yang tidak berbenah lalu tertinggal dan dilupakan warganya.
 
“Pasar Senen? Yang saya tahu Cuma pasar kue subuh,” kata Desi (32), ibu muda yang besar di Pulogadung, Jakarta Timur, yang kini tinggal di Jakarta.
“Emang di Senen ada apa?” tanya Maria (18) yang kelahiran Jakarta dan kini tinggal di Bekasi.
“Ke Senen, gak ada yang lebih kumuh?” kata Hapsari (42), pendatang dari Solo yang kini mukim di Pulogebang, Jakarta Timur.
 
Ya, Pasar Senen kini memang merana dan sudah lama kehilangan pesona. Berbagai rencana disampaikan Pemprov DKI untuk membuat jantung kota itu kembali menggeliat. Antara lain akan dibangun pusat belanja modern dengan menara apartemen di atasnya. Kebakaran kemarin mungkin akan mempercepatg rencana itu. Semoga!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com