Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Naik Motor Keren-keren, Buruh Bukan Kekurangan

Kompas.com - 02/05/2014, 17:52 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, melihat barang-barang yang digunakan para buruh, sesungguhnya mereka tidak kekurangan. Hanya saja, mereka ingin mendapat lebih.

"Selama ini kita bisa lihat handphone-nya keren-keren, naik motornya keren-keren. Jadi persoalannya bukan kekurangan, tapi pengin lebih," tukas pria yang akrab disapa Ahok itu di Balaikota Jakarta, Jumat (2/5/2014).

Basuki mengatakan, standar UMP hanya start awalnya. Setelah itu bisa mendapat kelebihan tergantung permintaan dan penawaran antara buruh dan perusahaan.

Status kepegawaian dan gaji para buruh sebenarnya tergantung dari apa yang ia lakukan di perusahaan tempatnya bekerja. Menurut dia, semua perusahaan pasti akan mempertimbangkan segala hal jika ingin mengangkat pekerjanya menjadi pegawai tetap.

Basuki mengatakan, sangat tidak mungkin apabila pemangku kebijakan mengintervensi perusahaan agar mengangkat para buruhnya menjadi pegawai tetap. Adapun yang bisa dilakukan pemangku kebijakan adalah menerapkan regulasi, dalam hal melarang perusahaan menerapkan sistem outsourcing.

"Outsourcing memang tidak boleh. Tapi kan kalau Anda ingin jadi pegawai tetap, perusahaan tentu mikir-mikir. Sama kayak PNS. Waktu masih honorer mohon-mohon, begitu sudah jadi PNS kerjanya malah sembarangan. Khawatirnya seperti itu," kata Basuki

Apalagi, kata Basuki, perusahaan tentu tak ingin apabila nantinya telah diangkat, justru buruh membuat ulah yang merugikan perusahaan. Dan, yang lebih parah, ujarnya, perusahaan harus memberi pesangon apabila ingin memberhentikan buruh tersebut.

"Sekarang ini kan undang-undangnya yang jadi persoalan. Kalau ada yang nyolong terus diberhentikan, perusahaan harus tetap bayar kompensasi. Bagaimana bisa ada undang-undang seperti itu. Nyolong dan diputuskan bersalah pun, perusahaan harus tetap bayar. Nanti semua orang akan nyolong dong," ujarnya.

Karena itu, Basuki menyarankan agar para buruh untuk lebih giat lagi bekerja. Jadi, lanjutnya, peningkatan kesejahteraan ditentukan sendiri di tangan buruh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com