"Masih (maju Pileg) dong, maju terus pantang mundur. Pileg ini jadi suatu pembelajaran bagi saya dan teman-teman, agar bisa terus memberikan kerja nyata untuk masyarakat," kata Yudha, kepada Kompas.com, di Jakarta, Senin (5/5/2014).
Pada Pileg 2014 kemarin, Yudha yang merupakan caleg daerah pemilihan (dapil) 10 Jakarta Barat (Kebon Jeruk, Kembangan, Grogol Petamburan, Taman Sari, Palmerah) hanya memperoleh 4.439 suara. Ada 106 kursi DPRD DKI yang diperebutkan. Dari sekitar 7.001.520 daftar pemilih tetap (DPT), paling tidak tiap caleg harus dapat mengumpulkan hingga 35.000 suara.
Menanggapi kekalahannya tersebut, Yudha mengaku sudah tidak memiliki beban sebab ia telah melakukan usaha yang terbaik untuk merebut hati masyarakat. Saat berkampanye, Yudha mengaku, tidak menggunakan uang agar masyarakat mau memilihnya di Pileg 2014. Strategi yang digunakannya sama persis dengan apa yang Basuki lakukan saat Pilkada DKI 2012 lalu, yakni dengan kampanye kartu nama.
"Kita edukasi terus ke masyarakat untuk menjadi pemilih yang cerdas dan tidak mudah disuap untuk memilih, agar terpilih wakil rakyat yang berkualitas," kata penggagas flashmob Jokowi-Basuki pada Pilkada DKI lalu.
Yudha mengatakan, kekalahannya ini telah diketahui oleh Basuki. Basuki menasihati Yudha untuk terus semangat berkarya, meskipun gagal menjadi anggota legislatif tahun ini.
Setelah gagal menjadi anggota legislatif, Yudha melanjutkan kegiatannya, aktif di organisasi Tunas Indonesia Raya (Tidar) Partai Gerindra serta menjalankan bisnis properti konsultannya.
Maju sebagai calon legislatif, Yudha tidak sendirian. Staf pribadi Basuki lainnya yang turut bertarung dalam Pileg 2014 adalah Michael Victor Sianipar. Michael menjadi caleg dapil 1 Jakarta Pusat (Cempaka Putih, Gambir, Kemayoran, Menteng, Johar Baru, Sawah Besar, Senen, Tanah Abang) dan memperoleh 3.088 suara. Keduanya berada di nomor urut buncit, Michael mendapat nomor urut 11 dan Yudha mendapat nomor urut 6.
Basuki kecewa
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku tidak kecewa dua staf pribadinya, Yudha dan Michael, gagal menjadi anggota DPRD DKI Jakarta dalam Pileg 2014. Dia hanya menyesalkan perilaku masyarakat Jakarta memilih calon legislatif yang memberikan uang.
Apabila di Jakarta ada DPRD tingkat II Kabupaten/Kota seperti halnya di Bangka Belitung, kata Basuki, mereka berdua dapat lolos menjadi anggota legislatif. Ini sebab, untuk menduduki posisi tersebut, paling tidak hanya perlu mengumpulkan sekitar 3.000 suara. Sementara itu, untuk mendapatkan satu kursi di DPRD DKI, seorang calon legsilatif harus dapat mengumpulkan hingga 35.000 suara.
Menurut Basuki, panggung politik yang paling murah dan paling mudah diraih adalah DPRD tingkat II. Oleh karena itu, mau tidak mau, kedua staf pribadinya harus bersaing di DPRD tingkat I atau provinsi.
"Itu yang saya bilang, ketika semua orang pakai uang, ini masih ada dua orang jujur, seharusnya warga dapat memilih untuk menguji karakter mereka. Tapi, sudah ada 3.000-an lebih warga yang memilih mereka ya sudah bagus," kata Basuki.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.