"Kejadian ini menggambarkan secara nyata, bahkan di lingkungan lembaga pendidikan pun, anak-anak tidak aman," ujar Sekretaris Jenderal Komisi Nasional Perlindungan Anak atau Komnas PA, Samsul Ridwan kepada Kompas.com, Senin (5/5/2014).
Samsul memaparkan, meski secara umum kasus itu merupakan murni tindakan kriminal atau pidana, sebenarnya kasus itu menggambarkan buruknya sistem pendidikan, khususnya Jakarta. Di satu sisi, perkembangan zaman dengan segala produknya, mulai tayangan televisi, ketiadaan keteladanan pemimpin, hingga faktor kondisi ekonomi, tidak membuat lingkungan menjadi tempat yang baik bagi tumbuh kembang anak. Hal tersebut pun ditambah dengan sistem pendidikan yang lebih mementingkan deretan angka daripada perilaku dan moral.
"Kecerdasan anak menangkap kejadian negatif di lingkungannya sering kali dipraktikkan oleh anak, dan sistem pendidikan kita tak dapat menangkal hal itu. Sungguh memprihatinkan," tuturnya.
Hasilnya? Tentu kasus-kasus kekerasan seperti yang menimpa Renggo adalah imbasnya.
Samsul mengatakan, setiap tahun pihaknya menerima sekitar 100 laporan tindakan kekerasan terhadap anak, baik oleh tenaga pengajar ataupun sesama pelajar.
"Bentuk kekerasannya beragam, tidak hanya fisik, tapi juga ada kekerasan verbal hingga seksual," ujar Samsul.
Samsul berharap, pemerintah menjadikan deretan kasus kekerasan terhadap anak di lingkungan sekolah tersebut bahan evaluasi sistem pendidikan yang baik dan tepat. Jika tidak dimulai dari sekarang, Samsul khawatir "generasi kekerasan" lahir di Indonesia.
Sebelumnya diberitakan, Renggo Khadafi dianiaya oleh kakak kelasnya di sekolahnya di bilangan Makasar, Jakarta Timur. Saat istirahat sekolah, Renggo yang tengah berjalan tergesa-gesa tidak sengaja menyenggol makanan ringan seharga Rp 1.000 yang dibawa oleh kakak kelasnya tersebut hingga terjatuh. Renggo telah meminta maaf atas ketidaksengajaannya tersebut. Bahkan, ia mengganti makanan ringan yang telah jatuh tersebut.
Namun, tindakan tersebut tidak cukup bagi Y. Keesokan harinya Y menganiaya Renggo. Sekujur tubuh Renggo dipukuli. Mulut bocah malang itu pun disumpal gagang sapu hingga mengeluarkan darah. Orangtua sempat membawa Renggo ke RS Polri. Namun naas, dia tak tertolong. Jenazah bocah malang itu disemayamkan di kediaman Ketua RT, di Kebon Pala 1, Jalan Asri RT 10 RW 7 Halim Perdanakusuma, Makasar, Jakarta Timur. Jenazah telah dimakamkan di TPU Kampung Asem, Halim Perdanakusuma, Minggu siang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.