Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpaksa Merogoh Kocek Lebih Dalam

Kompas.com - 31/07/2014, 01:47 WIB

KOMPAS.com - Lebaran tanpa pembantu membuat sebagian warga Jakarta kelimpungan. Mereka yang biasa menggantungkan urusan rumah kepada pembantu, kini harus bisa mandiri. Jika tidak, konsekuensinya harus mau merogoh kocek lebih dalam lagi untuk mengurangi beban pekerjaan rutin rumah tangga dialihkan ke pekerja infal atau jasa cuci kiloan, katering, dan usaha komersial lainnya.

Pagi (25/7) sekitar pukul 09.00, aroma aneka bumbu yang ditumis memenuhi dapur Endang Nayani, warga Kelurahan Gunung, Kebayoran Baru. Dia meminta pekerja rumah tangga (PRT) memasak beberapa jenis makanan. PRT lainnya dia minta memasukkan makanan yang telah matang ke dalam rantang, kemudian disimpan ke lemari pendingin.

Kesibukannya sudah dimulai seusai sahur. ”Saya tak pandai memasak. Mereka kan akan mudik Lebaran selama seminggu. Semua masakan ini untuk persediaan ketika mereka pulang,” kata Endang, menyiasati keadaan karena ditinggal mudik para pekerjanya.

Namun, stok itu biasa habis dalam dua hari. Jika itu terjadi mau tidak mau Endang harus pergi ke kedai makan bersama anggota keluarga. Untuk sekali makan di kedai biayanya adalah Rp 100.000. Jadi, pengeluaran makan tiga kali sehari bisa mencapai Rp 300.000

Dalam seminggu, misalnya, Endang dapat menghabiskan Rp 2,1 juta. Pengeluaran itu lebih besar daripada gaji bulanan pekerjanya yang mencapai Rp 1,5 juta juta per bulan. ”Itu belum termasuk ongkos cuci pakaian ke penatu,” ujar Endang.

Dia memperkirakan, biaya hidup yang harus dikeluarkan bisa mencapai Rp 3 juta. Rutinitas seperti itu selalu terjadi setiap menjelang Lebaran. Kesibukan bekerja membuatnya bergantung pada PRT. ”Semua dikerjakan mereka. Jadi, ketika mereka mudik, saya kebingungan.”

Hal yang sama juga dialami oleh Andhos M, pegawai humas di salah satu instansi keolahragaan, Senayan. ”Kalau PRT mudik, saya dan istri mendadak sibuk dua kali lipat,” ujar Andhos.

Dia bersama istri harus berbagi tugas mengurus tiga anak dan rumah tangga. Dia menceritakan, pekerjanya telah pulang kampung.

Padahal, Andhos dan istri masih bekerja. Ketiga anaknya, masing-masing berusia balita, TK, dan SD kelas III, membutuhkan perhatian ekstra.

”Mereka semua suka rewel, mulai urusan makanan hingga main,” imbuhnya. Semua pekerjaan kantor akhirnya dibawa pulang untuk dikerjakan di rumah.

Siang itu, Andhos sedang mendesain flyer iklan. Beberapa telepon masuk dia biarkan. Ketiga anaknya ia biarkan main di ruangan yang tak jauh dari ruang kerjanya.

”Saya dan istri bisa sambil mengawasi anak. Kalau mengenai biaya makan dan cuci, kami mungkin akan pergi ke restoran dan penatu,” ujarnya.

Mengenai biaya makan dan penatu, Andhos menceritakan ongkos lebih besar daripada gaji pembantu per bulan. Besarnya gaji bulanan Rp 1 juta. Jika makan di restoran, biaya sekali makan Rp 100.000-Rp 200.000.

Berburu kuliner

Berbuka puasa di restoran dan kafe juga menjadi alternatif bagi warga yang tidak mau direpotkan oleh urusan masak-memasak. Di tempat-tempat tersebut, angka pengunjung di bulan puasa meningkat hingga dua kali lipat jika dibandingkan dengan hari biasa.

”Pukul 17.00, bangku restoran sudah dipenuhi oleh pengunjung yang menantikan buka puasa,” kata Dessy, Manajer Harian Restoran Fish and Co di Pacific Place, Jakarta, Jumat, (25/7).

Fish and Co tidak memberlakukan sistem pemesanan tempat, pelanggan yang datang lebih dulu akan dilayani. Jadi, demi mendapatkan tempat di restoran tersebut, para pengunjung rela menempati kursi-kursi sejak pukul 16.00, meskipun tidak memesan apa pun.

”Kalau tidak diduduki sejak awal, nanti waktu buka puasa tidak kebagian tempat,” ujar Yana, seorang ibu rumah tangga yang menunggu kedatangan lima temannya.

Sementara di restoran-restoran lain, meskipun pengunjung tampak lengang, di setiap meja terdapat tanda bahwa tempat itu sudah dipesan. Adi, pegawai restoran Crystal Jade, mengatakan, umumnya pelanggan memesan tempat dua hingga empat jam sebelum waktu berbuka puasa. Bahkan, untuk rombongan yang beranggotakan empat orang atau lebih, dilakukan sejak dua hari sebelumnya. (A05/A15)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper: Korban Ternyata Minta Dinikahi | Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak

[POPULER JABODETABEK] Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper: Korban Ternyata Minta Dinikahi | Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak

Megapolitan
Rute Transjakarta 10M Pulo Gadung - Walikota Jakarta Utara via Cakung

Rute Transjakarta 10M Pulo Gadung - Walikota Jakarta Utara via Cakung

Megapolitan
Lokasi dan Jadwal Pencetakan KTP dan KK di Tangerang Selatan

Lokasi dan Jadwal Pencetakan KTP dan KK di Tangerang Selatan

Megapolitan
Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Megapolitan
Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Megapolitan
Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Megapolitan
Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Megapolitan
Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Megapolitan
Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Megapolitan
Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com