Hal ini akan dilakukan karena ia menyayangkan kebijakan pemerintah pusat yang kurang tegas dalam membatasi BBM bersubsidi.
"Saya tantang mereka (pemerintah pusat)? RFID-nya apa kabar? Kenapa cabut subsidi cuma di solar? Mana janji mobil murah (LCGC) enggak pakai BBM subsidi? Gue nantang lo dulu, salah proses, cabut subsidi bensin, bukan solar," kata Basuki, di Balaikota Jakarta, Rabu (6/8/2014).
Pencabutan subsidi solar di beberapa SPBU, kata dia, berdampak pada harga bahan pokok. Hal ini disebabkan pengusaha angkutan umum yang akan mempertimbangkan peningkatan tarif angkutan mereka.
Selain itu, ia juga menyayangkan pengendalian konsumsi BBM subsidi dengan radio frequency identification (RFID) yang hanya dipasang di kendaraan pribadi. Seharusnya, kata Basuki, RFID dipasang di truk dan angkutan umum yang masih bisa menggunakan solar subsidi.
Sementara itu, kendaraan pribadi sudah total tidak menggunakan bensin subsidi. Apabila keberatan, para pemilik kendaraan pribadi dapat beralih ke transportasi umum. Hal itu dapat dapat meminimalisasi kemacetan Ibu Kota. "Ngapain ngabisin duit untuk RFID, tapi dipasang di mobil pribadi. Kontrol di truk dan angkutan umum dong. BPH Migas juga mesti kerja sama. Ini yang saya kritik," ujar lulusan Universitas Trisakti itu.
Mulai 1 Agustus kemarin, Pertamina tidak lagi menyalurkan solar bersubsidi di 26 stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) di Jakarta Pusat. Total konsumsi solar bersubsidi di lokasi ini 90 kiloliter per hari.
Pada 6 Agustus, sebanyak 29 unit SPBU di jalan tol tidak akan menjual premium bersubsidi dan hanya menjual pertamax yang merupakan BBM nonsubsidi.
Konsumsi premium bersubsidi di semua SPBU ini mencapai 725 kiloliter per hari. Dari jumlah itu, 27 SPBU ada di wilayah Marketing Operation Region III (Jawa bagian Barat) dan 2 SPBU di wilayah Marketing Operation Region V (Jawa Timur).
Kebijakan pengendalian BBM bersubsidi mutlak diperlukan karena persediaan premium dan solar bersubsidi berdasarkan kuota yang ada sangat terbatas. Hingga Juli 2014, persediaan premium tinggal 42 persen dan solar bersubsidi tinggal 40 persen dari kuota tahun ini.
Untuk premium diperkirakan akan habis pada 19 Desember 2014 dan solar bersubsidi pada 30 November 2014.
Baca juga: SPBU Jakarta Pusat Tak Jual Solar Bersubsidi, Tarif Kopaja Bisa Naik Jadi Rp 5.000
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.