Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penghina Jokowi Dibawa Polisi, Ibunya Sempat Mengancam Bunuh Diri

Kompas.com - 29/10/2014, 18:04 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — MR (48) mengaku, segala upaya telah dikerahkan agar MA (24), anak sulungnya, tidak dibawa oleh polisi pada Kamis (23/10/2014) lalu. Penangkapan dilakukan pada pagi hari. MR yang tengah menyiapkan sarapan untuk keluarga dikejutkan dengan kedatangan empat laki-laki bertubuh tegap dan berpenampilan rapi.

"Wah ada bapak-bapak ganteng-ganteng cari siapa tuh," kata MA, yang terlebih dulu melihat kedatangan mereka, kepada ibunya. [Baca: "Saya Siap Sujud Minta Maaf di Kaki Pak Jokowi"]

MR yang sedang memasak hanya mendengarkan perkataan anaknya itu. Tidak berapa lama, arah empat orang tersebut tertuju ke rumah MR. Mereka pun memasuki rumah yang pintunya tidak tertutup itu, lalu sontak mencari MA dengan menyebut namanya.

"Di mana MA? Tadi, kata orang di atas, dia sudah pulang ke rumah. Ibu jangan bohong," kata MR menirukan perkataan seorang pria yang mengaku bernama Slamet. Kemudian, tiga dari empat orang tersebut langsung memasuki rumah dan mencari MA.

Mereka berhasil menemukan MA, lalu melakukan pembicaraan, yang tidak dimengerti oleh MR, sambil menunjukkan sesuatu di ponselorang itu. Setelah itu, atas instruksi Slamet, MA dikatakan harus ditahan di kepolisian.

MR yang tidak terima dengan hal ini lantas sempat menarik-narik petugas dan mengancam untuk melakukan hal buruk apabila anaknya ditangkap.

"Saya ancam mau bunuh diri, teriak-teriak di pinggir kali sana. Sudah kayak orang gila, saya," kata MR sambil menunjuk kali yang ada di seberang rumahnya.

Namun, aksi MR tidak berhasil. Dia dibentak oleh seorang personel kepolisian yang ada di luar rumahnya. Melihat hal tersebut, Slamet berujar bahwa MA akan aman bersama mereka. "Katanya, anak saya akan dilindungi," ucap dia.

MA yang saat itu menjerit dan menangis terpaksa meninggalkan rumah dan ibunya. Sebelum pergi pun, MA terus membela diri.

"Kalau saya pergi, nanti ibu bagaimana? Nanti siapa yang ngurusin ibu?" demikian ucapan MA, yang diceritakan ulang oleh MR.

MA diduga sebagai pelaku penghinaan terhadap Jokowi semasa Pemilihan Umum Presiden 2014 lalu. Penghinaan itu berupa pembuatan karikatur tak senonoh yang menggambarkan Jokowi dan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.

Gambar yang disebarkan melalui jejaring sosial Facebook itu disangkakan melanggar Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dan UU tentang Pornografi. Kini MA masih ditahan di Mabes Polri untuk penyelidikan lebih lanjut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com