Para sopir menyatakan, jika hal ini dibiarkan, mereka akan menaikkan tarif secara sepihak. Hal ini dilakukan lantaran beban operasional mereka menjadi bertambah.
Seperti diungkapkan Habib (37), sopir KWK 05 jurusan Pasar Minggu-Rawajati. Dirinya berharap, penyesuaian tarif oleh instansi terkait dan pemerintah dapat segera diputuskan. "Kita jadi bimbang, artinya kita mau naikin salah. Tapi kalau begini terus ya sedikit-sedikit kita pinter-pinternya aja, kita naikin seribu atau lima ratus perak," kata Habib kepada Kompas.com, di Terminal Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa pagi.
Misalnya, untuk tarif dari rute Pasar Minggu hingga Rawajati. Biasanya, penumpang mesti membayar Rp 5.000. Namun, Habib menyatakan, jika berlarut terus tanpa penyesuaian tarif dirinya akan menaikan ongkos menjadi Rp 6.000.
Hal senada diungkapkan Ardi Johari (58), sopir angkot mikrolet M16 Pasar Minggu-Kampung Melayu. Ia mengaku, juga akan menaikan tarif seribu rupiah dari tarif biasanya dengan kenaikan BBM ini. Namun, hal itu belum dilakukannya di hari perdana kenaikan BBM saat ini.
"Belum, kita enggak berani. Takutnya ketangkep sama DLLAJ. Kalu kita naikini tarif sembarangan kita dikandangin mobilnya," ujar Ardi.
Akan tetapi, jika penyesuaian tarif lambat dilakukan, ia berniat menaikan tarif sepihak. "Mau enggak mau harus kita naikin juga tanpa instruksi DLLAJ. Mau buat makan kurang. Harusnya dipercepat penyesuaian tarifnya," ujar Ardi.
Kebijakan menaikan tarif menurutnya tidak tepat saat ini. Dampaknya, kata Ardi, terasa pada penumpang. "Seharusnya enggak dinaikkin. Memberatkan rakyat. Rakyat sudah miskin tambah miskin lagi. Kita sopir jadi puyeng," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.