Menurut Lasro, belum selaiknya siswa, apalagi siswa SD, diberi wewenang untuk melakukan penilaian karena dari segi usia, mereka dinilai belum bisa berpikir secara objektif. "Guru saja masih kita bimbing, dibina, dikembangkan supaya dia bisa berlaku objektif," kata Lasro, di Balaikota Jakarta, Senin (8/12/2014).
"Saya nilai diri saya sendiri. Teman yang lain juga nilai saya. Jadinya kan aneh. Ya, pastilah nilai Lasro Marbun 10, itu pasti. Terus kalau ada teman yang dekat dengan saya, saya juga kasih nilai 10. Yang tidak saya suka saya kasih nilai enam. Namanya juga anak-anak," ujar dia.
Meski demikian, Lasro menyatakan bahwa Kurikulum 2013 tidak bisa serta merta dihapus, terutama di sekolah-sekilah yang telah menerapkannya. Menurut dia, saat ini, tercatat ada sekitar 2.058 SD yang telah menerapkan kurikulum tersebut. Ia berpendapat, lebih baik sekolah-sekolah tersebut tetap menerapkan kurikulum 2006 yang telah direvisi.
"Tetap mereka pakai sampai mereka selesai. Tapi nanti namanya kurikulum 2013 yang sudah dievaluasi, diperbarui," ucap Lasro.
Sebelumnya, Anies Baswedan memutuskan untuk menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 di seluruh Indonesia. Kurikulum 2013 selanjutnya diperbaiki dan dikembangkan melalui sekolah-sekolah yang sejak Juli 2013 telah menerapkannya.
"Proses penyempurnaan Kurikulum 2013 tidak berhenti, akan diperbaiki dan dikembangkan, serta dilaksanakan di sekolah-sekolah percontohan yang selama ini telah menggunakan Kurikulum 2013 selama tiga semester terakhir," kata Anies di kantornya di Jakarta, Jumat (5/12/2014).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.