Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama pun mengaku santai atas penolakan DPRD itu.
"Enggak apa-apa, nanti bisa kami tawarkan rencana pembangunan LRT ke swasta atau properti," kata Basuki, di Balaikota, Jumat (19/12/2014).
Ia menegaskan, pembangunan LRT tetap akan dilaksanakan. Sebab, lanjut dia, DKI memerlukan banyak moda transportasi massal untuk mengurai kemacetan.
Proyek LRT ini, kata Basuki, memang belum ada kajian teknis atau detail engineering design (DED). Namun, koridor perjalanan LRT sudah ada sehingga, lanjut dia, hanya tinggal mendorong pihak swasta untuk menjadi investor serta melakukan DED dan membangun proyek tersebut.
"Logikanya, kalau swasta mau (membangun LRT), kenapa kita enggak mau menerima? Mungkin tahun depan sudah mulai dibangun (LRT)," kata pria yang akrab disapa Ahok itu.
Di sisi lain, selain tidak sepakat, Selamat Nurdin juga mempertanyakan pihak swasta yang berencana ingin menjadi kontraktor proyek tersebut.
Menurut Selamat, publik harus mengetahui kualitas pihak swasta yang membangun LRT. Jika tidak, nantinya LRT bakal memiliki nasib sama seperti PT Jakarta Monorail yang gagal membangun monorel.
Sebagai informasi, Pemprov DKI ingin membangun LRT pada tahun depan. Ada tujuh jalur LRT yang diusulkan Pemprov DKI ke DPRD DKI.
Jalur-jalur tersebut disebut merupakan jalur yang padat penumpang dan bisa memindahkan warga yang tinggal di sekitarnya beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum. Anggaran yang dibutuhkan untuk tiap satu rute adalah sekitar Rp 7,5 triliun.
Ketujuh rute tersebut adalah:
1. Kebayoran Lama-Kelapa Gading (21,6 km)
2. Tanah Abang-Pulo Mas (17,6 km)
3. Joglo-Tanah Abang (11 km)
4. Puri Kembangan-Tanah Abang (9,3 km)
5. Pesing-Kelapa Gading (20,7 km)
6. Pesing-Bandara Soekarno-Hatta (18,5 km)
7. Cempaka Putih-Ancol (10 km)