Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akhirnya, Tumpukan Sampah Setinggi 7 Meter Itu Diangkut

Kompas.com - 25/01/2015, 22:17 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur terus berupaya menanggulangi sampah yang ada di kali. Pada Minggu (25/1) pagi, ratusan petugas membersihkan sampah yang menggunung hingga tujuh meter di Lokasi Pembuangan Sampah (LPS) liar, di Jalan H Djaini RT 01/02, Kelurahan Rambutan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur.

Wali Kota Jakarta Timur, Bambang Musyawardhana, mengatakan, dalam aksi tersebut, pihaknya menyasar tumpukan sampah yang sudah menggunung sejak 20 tahun itu. Dengan melibatkan semua unsur, pihaknya ingin menciptakan kawasan yang bersih dan nyaman.

"Diangkutnya sampah di awasan ini, untuk mencegah longsor dan banjir. Pasalnya, tumpukan sampah tersebut berada persis di bibir kali Cipinang," kata Bambang pada Minggu (25/1).

Bambang mengatakan, kerja bakti ini berdasarkan laporan warga yang masuk kepadanya. Selama ini, kata Bambang, warga kesulitan tempat untuk membuang sampah rumah tangga. "Karena tak ada LPS jadi mereka membuang sampah sembarangan. Namun, sekarang warga ketakutan karena sampah itu sudah semakin menggunung," ujar Bambang.

Bambang mengungkapkan, warga ketakutan karena mereka khawatir tumpukan sampah itu bisa menyebabkan banjir. Hingga akhirnya, dengan kerja bakti massal itu mereka mengharapkan sampah-sampah bisa diangkut. "Setelah kita bersihkan, nantinya kawasan ini akan diubah menjadi LPS terpadu," katanya.

Sementara itu, Kasudin Kebersihan Jakarta Timur, Marnaek Siahaan, mengaku, pihaknya akan melakukan penataan di LPS liar tersebut. Awalnya, kata Marnaek, petugas akan memfokuskan pembersihan di lahan seluas 400 meter tersebut. "Ini sudah hari ketiga untuk pengangkutan sampah. Totalnya, sudah 75 truk sampah kami angkut dari LPS liar itu," katanya.

Setelah bersih, lanjut Marnaek, penataan dengan mengubah LPS liar itu akan dilakukan. Terlebih, si pemilik lahan dan warga sudah setuju untuk mengubah LPS liar itu untuk dijadikan resmi. "Sebagian besar warga sudah setuju, tinggal pengajuannya saja ke Dinas Kebersihan untuk pembebasan lahan dan pembangunannya," ujarnya.

Sedangkan Camat Ciracas, Romi Sidartha, mengatakan, kesepakatan warga dan pemerintah sudah tercantum dalam bubuhan tanda tangan ratusan warga. Dicetuskannya, kesepakatan ini, karena mereka kesulitan untuk membuang sampah. "LPS liar itu juga sejak dua tahun lalu, namun begitu tahu akan dibuatkan LPS resmi, mereka langsung menyambut positif," kata Romi.

Romi pun mengaku, saat ini, phaknya tengah fokus menangani LPS tersebut guna mengatasi permasalahan yang ada. Karena itu, dukungan dari berbagai pihak sangat diharapkan guna terlaksananya program tersebut. "Kami sangat mengharapkan dukungan dari SKPD yang ada guna merealisasi hal ini," harap camat.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Pemkot Jakarta Utara. Di wilayah pesisir Jakarta itu, kerja bakti dilakukan di Kelurahan Rawa Badak Utara, Kecamatan Koja. Dalam kunjungan tersebut Wali Kota Jakarta Utara, Rustam Effendi, melihat langsung saluran air penghubung Kali Betik yang tak optiomal akibat dipenuhi lumpur dan sampah. Bukan hanya itu, berdirinya beberapa bangunan yang berada di atas saluran air, juga merusak keindahan mata.

Melihat hal itu Wali Kota, memerintahkan Kepala Satpol PP Jakarta Utara, Iyan Sopian Hadi, untuk menertibkan bangunan itu sesegera mungkin. Namun, agar tak menyalahi aturan, pihak Pemkot Jakarta Utara terlebih dahulu melayangkan surat  peringatan ke pemilik bangunan berbahan semi permanen itu.

Pada kesempatan itu, Kasudin PU Tata Air Jakarta Utara, Kasna,  diperintahkan untuk mengeruk lumpur yang membuat dangkal saluran penghubung (PHB). Dalam peninjauan tersebut Wali Kota meminta, agar masyarakat tidak mendirikan bangunan di atas saluran air. Karena hal itu, akan mempersulit petugas mengeruk lumpur.

"Tidak boleh ada bangunan yang berdiri di atas saluran air. Kondisi Kali betik banyak lumpur, karena itulah aliran air yang menuju Kali Sunter maupun Waduk Rawabadak tak optimal," kata Rustam.

Ketua RW 09, Idris Yahya membenarkan, wilayahnya terendam banjir setinggi  10-70 cm pada Jumat (24/1) lalu. Idris mengungkapkan, banjir tersebut diakibatkan tidak optimalnya Kali Betik di permukimannya. Ia berharap agar lumpurnya bisa dikeruk dengan banyak, sehingga daya tampung air di kali tersebut bisa optimal. (faf)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com