Upaya untuk menghidupkan beberapa pompa di waduk itu dengan bantuan genset tak mampu menyedot air kiriman yang melimpah di dalam waduk. Hal ini yang dituding menjadi biang banjir di kawasan Jakarta Utara.
Operator sekaligus penanggung jawab di Rumah Pompa Waduk Pluit, Joko, mengatakan, selama dua jam, PLN memutuskan suplai listrik. Dalam waktu itu, permukaan air naik menjadi 150 cm. Padahal, level normalnya mesti di angka minus 180 cm.
"Itu langsung naik drastis. Ibaratnya, kalau kali (airnya) naik, kita bendung, ya begitu," kata Joko, kepada Kompas.com, Rabu (11/2/2015).
Joko yang tengah bekerja mengaku kaget listrik yang menyuplai rumah pompa itu padam secara tiba-tiba.
"Akhirnya, kita hidupkan genset. Tetapi, yang hidup cuma bisa buat dua pompa di sisi barat sama dua pompa di timur ini. Jadi, ada empat pompa saja dari total 10," ujar Joko.
Meski demikian, Joko tak tahu pasti apakah melubernya air di Waduk Pluit ada kaitannya dengan banjir di Istana Negara.
"Kalau di Istana itu, sebelum ke sini kan lewat Rumah Pompa Cideng dulu. Coba tanya di sana. Mungkin lebih jelas ada hubungannya atau enggak," ujar Joko.
Pemadaman listrik oleh PLN itu juga membuat Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama sedikit kesal. Ahok, sapaan Basuki, menilai, PLN seharusnya tak melakukan pemadaman listrik.
Ahok menuding, pemadaman itu membuat Istana Negara kebanjiran. PLN membenarkan telah melakukan pemadaman listrik sementara di gardu yang memasok listrik untuk pompa di Waduk Pluit. PLN menyatakan pemadaman tersebut dengan alasan keamanan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.