Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Pompa di Waduk Pluit Harus Nyala, Jangan Ada Lagi yang Iseng!

Kompas.com - 11/02/2015, 19:31 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengatakan, Perusahaan Listrik Negara (PLN) tidak bisa lagi salah mengambil langkah dalam mengantisipasi banjir yang terjadi di Ibu Kota. Dalam rapat koordinasi tentang banjir yang dipimpin Presiden Joko Widodo pada Rabu (11/2/2015) siang, Ahok meminta agar PLN tak lagi mematikan pompa air di Waduk Pluit yang menyebabkan banjir di kawasan Jakarta Pusat.

"Jadi, ke depan harus nyala! Enggak ada yang gendeng lagi, iseng!" kata Ahok, seusai rapat di Istana Kepresidenan, Rabu sore.

Ahok mengatakan, pada pekan ini, cuaca buruk akan kembali terjadi. Namun, menurut dia, meski cuaca buruk, banjir tidak akan terjadi apabila seluruh pompa yang ada berfungsi dengan baik.

"Makanya, kita harus andalin enam pompa besar di Pasar Ikan, itu harus jalan, termasuk pompa di Waduk Pluit, di Ancol Timur, itu semua harus jalan. Kalau ini jalan, kita relatif aman," kata Ahok.

Jokowi heran

Ahok mengatakan, Presiden Joko Widodo mengungkapkan keheranannya terhadap PLN. Jokowi, kata Ahok, mengungkapkan, selama dua tahun menjabat Gubernur DKI mendapatkan informasi yang cukup soal penanggulangan banjir di Jakarta. Misalnya, keberadaan Waduk Pluit yang berada di tengah Jakarta diperuntukkan untuk menampung air. Jika pompa Waduk Pluit tak berfungsi, air akan meluber ke sisi barat dan timur.

"Makanya, Pak Presiden heran, menurut beliau kan sudah beres tengah. Cuma gara-gara matiin lampunya itu tidak tepat. Ini dibuktikan kok, pas lagi puncak-puncaknya banjir, PLN matiin trafo," kata Ahok.

Saat ditanyakan apakah dalam rapat itu PLN menyampaikan permintaan maaf atas langkah yang diambilnya, Ahok hanya menjawab santai, "Orang PLN Dirut-nya baru kok. Jadi, enggak ngerti juga," ujar dia.

Seperti diketahui, banjir kembali terjadi di sekitar Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, pada Senin (9/2/2015) lalu. Saat itu, Ahok mencurigai ada keanehan dengan banjir setinggi 30 sentimeter di depan Istana Kepresidenan.

Setelah ditelusuri, Ahok mendapat laporan bahwa pompa air di Waduk Pluit yang menyedot air dalam waduk untuk dialirkan ke laut mati. PLN mematikan aliran listrik dengan alasan takut terjadi korsleting. Namun, menurut Ahok, kawasan Pluit yang dialiri listrik tidak terendam air sehingga kekhawatiran PLN akan ancaman korsleting salah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com