Pengamat Kebijakan Publik, Yayat Supriatna, mengatakan, banyak gagasan baru dari Basuki yang disampaikan secara luas, tetapi belum memiliki konsep yang jelas. Hal ini, menurut dia, akan membingungkan pejabat eselon yang ada di bawahnya untuk mewujudkan gagasan tersebut.
“Ini agak berat karena bawahannya harus tahu maunya gubernur ke mana. Beliau itu banyak mengeluarkan wacana yang spontan, ide-ide yang katakanlah impulsif,” ujar Yayat saat dihubungi, Kamis pagi.
Ia mencontohkan, Basuki pernah melontarkan wacana kendaraan pribadi boleh masuk jalur transjakarta asalkan membayarkan retribusi tertentu. Padahal, konsep tersebut masih mentah dengan konsep implementasi yang masih belum jelas.
“Spontanitas-spontanitas itulah yang membuat yang di bawah itu sulit mengikuti karena banyak hal-hal baru dengan dinamika yang tinggi,” kata dia.
Menurut Yayat, Basuki juga sangat mendominasi kebijakan-kebijakan yang ada di Ibu Kota. Sehingga, kemungkinan gagasan atau kreativitas dari bawahannya belum terlalu tampak. Apalagi dengan gaya kepemimpinan Basuki yang terkesan galak dengan langsung menstafkan pejabat-pejabatan eselon yang melakukan kesalahan. Padahal, bisa jadi itu karena bawahannya akan melakukan sebuah inovasi, namun gagal.
“Jadi ada kemungkinan, bawahan-bawahannya seperti Kepala Dinas, Camat, dan Lurah menjadi takut salah, tidak berani mengambil inisiatif besar jika belum ada arahan gubernur,” kata Yayat.
Yayat juga menilai, ide-ide Basuki seringkali terbentur dengan peraturan-peraturan yang kewenangannya ada di Pemerintah Pusat. Misalnya, soal bantuan bus dari Tahir Foundation untuk mendukung kebijakan pelarangan sepeda motor di ruas jalan tertentu terbentur dengan berat bus yang tidak mencukupi aturan untuk bus tingkat.
“Pak gubernur marah, kenapa yang lain boleh, ini tidak boleh? Jadi ada kemungkinan informasi-informasi terkait aturan ini tidak disampaikan dengan baik ke gubenur karena bawahan-bawahannya takut,” kata Yayat.
Menurut Yayat, dibutuhkan kesabaran dan pemikiran konsep yang matang dari bawahan-bawahan untuk bisa mengimbangi Basuki.
Indikator jelas
Yayat mengatakan, untuk menghindari ketakutan bawahan-bawahannya dalam membuat inovasi, Basuki perlu membuat indikator-indikator yang jelas terkait kinerja. Indikator ini akan membuat penilaian terhadap bawahan menjadi objektif.
“Dengan ada indikator yang jelas, bawahan-bawahan gubernur seharusnya bisa bekerja dengan lebih tenang dan berani membuat gagasan,” ucap Yayat.
Menurut dia, penilaian terhadap kinerja bawahan juga perlu dibuat terbuka dan transparan. Supaya tidak ada asumsi penilaian berdasarkan subjektifitas.
Penghargaan
Selain bersikap tegas, di sisi lain Basuki juga perlu memberikan penghargaan bila kinerja bawahannya memang baik. “Kalau memang ada yang berpretasi seharusnya bisa diangkat dan dijadikan contoh,” kata Yayat.
Peningkatan gaji dinilai Yayat sebagai hal yang baik untuk membuat bawahan-bawahannya semakin termotivasi untuk menunjukkan kinerja yang baik. Apalagi dengan adanya tunjangan kinerja daerah (TKD) dinamis yang penilaiannya berdasarkan kualitas kinerja pegawai.
“Dengan begitu, bawahan-bawahannya termotivasi untuk terus berinovasi supaya kinerjanya baik,” kata Yayat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.