JAKARTA, KOMPAS.com — Butuh keberanian untuk menjadi begal. Hukuman pidana bahkan tindakan tegas dari aparat penegak hukum seperti tembak di tempat mengancam di balik setiap aksi mereka. Belum lagi, kemarahan warga yang membuat mereka menjadi sasaran bulan-bulanan.
Lantas, apa motivasi mereka menjadi begal? Berdasarkan pengakuan dari Serbo alias Abu (25), tuntutan ekonomilah yang memaksanya menjadi begal. Sejak dipecat dari pekerjaannya, pria penganggur itu pun direkrut masuk ke dalam sebuah komplotan begal.
"Sekali beraksi, kalau motor saya bisa dapat Rp 1 juta, kalau mobil bisa sampai Rp 3 juta," kata Abu di Mapolda Metro Jaya, Jumat (27/2/2015).
Dengan tangan diborgol dan berbalut baju tahanan berwarna oranye, pria kurus ini mengatakan, dirinya sudah dua bulan terakhir menjadi begal. Dalam kurun waktu itu, ia sudah mendapat 15 sepeda motor dan dua mobil.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Kota Tangerang Ajun Komisaris Besar Sutarmo mengatakan, kendaraan bermotor hasil rampasan begal biasanya langsung diuangkan. Kemudian, hasil itu dibagi-bagikan kepada rekan sekomplotannya.
"Besarannya tergantung perannya. Kalau perannya lebih sulit, biasanya bayarannya lebih besar," kata Sutarmo.
Sepeda motor atau mobil hasil rampasan biasanya dijual ke luar Jawa. Di sana, kendaraan-kendaraan itu disewakan atau dijadikan ojek oleh penadahnya.
Sebelumnya, Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Unggung Cahyono mengatakan, untuk memutus mata rantai pembegalan tersebut, polisi juga akan menyasar pada penadah barang-barang hasil curian begal. Sebab, selama permintaan barang-barang hasil curian masih ada, maka begal pun akan terus beraksi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.