Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembongkaran Pasar Kaget di Pulogadung Diwarnai Protes Pedagang

Kompas.com - 24/04/2015, 13:28 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Demi melancarkan lalu lintas, lapak permanen milik pedagang pasar kaget di Jalan Metro Jaya, Kayu Putih, Pulogadung, Jakarta Timur diratakan oleh petugas Satpol PP, Jumat (24/4/2015). Namun, aksi ini menuai protes dari salah satu pedagang yang tak terima lapaknya dibongkar.

Pembongkaran yang semula berjalan tertib pun memanas. Protes dari pedagang bernama Tambunan itu justru menyulut emosi Ramli, ketua RW setempat.

Beruntung keduanya tak sampai berkelahi karena lebih dulu dipisahkan warga. Ramli yang merupakan ketua RW 09 ini mengatakan, Jalan Metro Jaya kerap dibuat macet dengan adanya pedagang pasar kaget, khususnya mereka yang memiliki lapak permanen.

Selain itu, para pedagang juga membuat wilayahnya menjadi kumuh. "Jadi sekarang dibongkar yang permanen, karena bikin macet lalu lintas di sini dan kios mereka itu bikin kumuh," kata Ramli, di lokasi penertiban, Jumat siang.

Kata dia, petugas bukan bermaksud melarang adanya pasar kaget di wilayah tersebut. Namun, dia meminta agar pedagang tidak membangun lapak permanen.

Ia meminta agar pedagang menggantinya dengan lapak yang lebih kecil dan bisa dibongkar pasang. Sehingga, tidak mengambil badan jalan yang dapat menyebabkan kemacetan.

Ramli mengatakan, para pedagang juga diminta untuk berdagang dengan jadwal, yakni mulai pukul 06.00 sampai pukul 12.00.

Caslam (67), pedagang ikan di pasar kaget tersebut mengatakan, sebenarnya para pedagang sudah mengikuti kesepakatan untuk berdagang dengan jadwal.

Hanya saja, masih ada yang membandel. Khususnya, pedagang yang punya lapak permanen. "Yang permanen itu enggak mau bongkar. Padahal sudah diberitahu hari Jumat ini mau dibongkar. Kalau kita kan sudah dari dulu, sekarang pakai yang enggak permanen," ujar Caslam.

Sebagai pedagang yang telah berjualan selama 25 tahun, Caslam tak mau jika pasar kaget ini disebut mengganggu lalu lintas. Apalagi, pasar kaget ini sudah cukup lama sejak tahun 1970.

Menurut dia, hal itu hanya isu yang dibuat untuk menggusur pedagang. "Itu cuma karena orang iri hati," ujar Caslam.

Camat Pulogadung, Ahmad Haryadi mengatakan, sebanyak 54 lapak permanen milik pedagang yang dibongkar kali ini.

"Ini sesuai aspirasi masyarakat yang tak ingin ada bangunan permanen di sini. Sebab, selain menyebabkan macet, juga menutup saluran air," kata Ahmad.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com