Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Guji Baru Tuntut Lurah Duri Kepa Mundur

Kompas.com - 07/05/2015, 09:50 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Perwakilan warga yang tergabung dalam Forum Komunikasi Warga Guji Baru menuntut agar Lurah Duri Kepa diturunkan dari jabatannya, Kamis (7/5/2015). Tuntutan itu didasarkan pada dugaan warga bahwa ada permainan mafia tanah yang tercium dari waktu pemilihan ketua RW 002.

"Seharusnya ketua RW 002 sudah berganti 10 bulan lalu. Kita sudah bentuk panitianya, sudah disiapkan semua sama warga. Cuma dari pihak mereka (ketua RW 002) bilang ke kita enggak usah pemilihan-pemilihan lagi," kata perwakilan Forum Komunikasi Warga Guji Baru Saharudin.

Saharudin menjelaskan, kelompok yang mendukung ketua RW 002 ini juga sempat mempermasalahkan bidang tanah yang ada di Guji Baru. Adapun bidang tanah tersebut merupakan wilayah RT 004, 005, 006, dan 007 di RW 002 wilayah Guji Baru.

Tanah seluas kurang lebih 3,9 hektar itu diakui Saharudin sebagai tanah yang tak bertuan dan permasalahan itu sempat dibawa ke pengadilan.

"Kita sudah bawa ke pengadilan tiga tahun lalu dan pengadilan memutuskan kalau itu tanah bukan milik siapa-siapa. Jadi belum ada yang berhak atas tanah ini," ujar Saharudin.

Seluruh warga di sana pun, kata Saharudin, belum memiliki sertifikat kepemilikan tanah. Mereka menuding bahwa pihak RW dan Lurah bekerja sama agar tanah tersebut tidak jatuh ke tangan warga.

Hari ini, pukul 09.00 WIB, warga Guji Baru akan menggelar unjuk rasa di Jalan Patra Raya, tepatnya di depan gapura Kampung Guji Baru, Kelurahan Duri Kepa, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Aksi tersebut menuntut agar Lurah Duri Kepa diturunkan dan melawan pihak yang warga anggap sebagai mafia tanah.

Pada tahun 2013, aksi serupa pernah terjadi. Warga melakukan demo menuntut pembuatan legalitas surat kepemilikan tanah yang sudah dihuni oleh warga sejak tahun 1970. Tuntutan pun juga dilayangkan oleh warga di RT 004, 005, 006, dan 007 di RW 002 Kelurahan Duri Kepa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Denda Rp 500.000 Untuk Pembuang Sampah di TPS Lokbin Pasar Minggu Belum Diterapkan

Denda Rp 500.000 Untuk Pembuang Sampah di TPS Lokbin Pasar Minggu Belum Diterapkan

Megapolitan
Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan 'OTT'

Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan "OTT"

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Megapolitan
Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Megapolitan
Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Megapolitan
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com