Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Mau Cari Sejuta KTP, Lu Kira Gampang?

Kompas.com - 27/05/2015, 17:18 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Peluang Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama untuk mencalonkan diri sebagai gubernur pada pilkada tahun 2017 melalui jalur independen semakin sulit. Sebab, ia harus mengumpulkan sekitar 1.000.000 kartu tanda penduduk (KTP) warga DKI Jakarta sebagai bentuk dukungan.

Ahok, sapaan Basuki, mengaku sulit memenuhi persyaratan tersebut. "Mau cari sejuta KTP, lukira gampang? Ya minimal kamu (wartawan) bantu kumpulin KTP sejutalah," kata Basuki di Balai Kota, Rabu (27/5/2015). 

Kendati demikian, dia enggan terlalu memikirkan persyaratan pencalonan sebagai gubernur pada pilkada 2017. [Baca: Politisi Gerindra Nilai Ahok Tak Akan Kesulitan Maju di Pilkada 2017]

Basuki memilih untuk merealisasikan semua program unggulan yang telah tercantum dalam Rencana Panjang Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2013-2017.

Ia menjanjikan pengadaan transjakarta dengan jumlah mencukupi untuk tahun 2016. Ia juga ingin fokus pada penyelesaian pembangunan light rail transit (LRT) koridor 1 pada tahun 2018 dan tujuh koridor pada tahun 2019.

"Nah, terus MRT juga sudah jalan. Rumah susun, saya harap bisa dibangun banyak, lalu Waduk Marunda dan Kapuk Kamal selesai cepat. Kalau memang enggak ada (partai) yang calonin saya dan KTP-nya enggak cukup, ya sudah, selesai tahun 2017," ujarnya. 

Adapun syarat calon independen untuk maju sebagai calon gubernur atau wakil gubernur dengan jumlah penduduk kurang dari dua juta jiwa adalah memiliki dukungan, minimal, 10 persen dari jumlah tersebut dalam bentuk fotokopi KTP dan formulir yang ditandatangani pendukungnya. 

Untuk jumlah penduduk 2 juta-6 juta jiwa, syarat dukungan jumlah KTP dan formulir minimal 8,5 persen, dan untuk daerah berpenduduk 6 juta-12 juta jiwa minimal 7,5 persen.

Untuk calon bupati atau wakil bupati, tiap calon independen harus mendapat dukungan 10 persen di daerah yang jumlah penduduknya mencapai 250.000 jiwa; 8,5 persen dukungan untuk daerah dengan jumlah penduduk 250.000-500.000 jiwa; 7,5 persen untuk daerah dengan jumlah penduduk 500.000-1.000.000 jiwa; dan 6,5 persen untuk daerah berpenduduk lebih dari satu juta jiwa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com