Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar di "Sekolah Tinggi Kejahatan"

Kompas.com - 19/06/2015, 10:30 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - “SGH ini sudah dua kali keluar masuk penjara. Dan tak bertobat juga," kata Kasubdit Ranmor Ditreskrimum Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Siswono.

Ya, hidup di lapas buat segelintir napi tidak membuat bertobat. Malah, mereka menjadi semakin mendapat "ilmu" baru kejahatan di dalam sana.

Di dalam lapas, para "bang napi" bebas bercengkrama dengan penjahat lainnya. Dari situlah terjadi transfer "ilmu" dan trik-trik kejahatan dari para penjahat senior.

Dalam kasus SGH, pelaku pencurian kendaraan bermotor, polisi menyebut dia memiliki anggota sebanyak 12 orang. Polisi menangkap SGH bersama empat anak buahnya dan masih terus memburu delapan orang lainnya yang masih buron.

SGH membentuk kelompok ini sejak 2 tahun lalu. Saat itu, ia baru menghirup keluar dari penjara dan merekrut anggota baru lainnya.

"Beberapa dia rekrut saat di tahanan. Lalu beberapa lainnya teman dari anggotanya yang Ia rekrut di tahanan,” kata Siswono.

Siswono menyebutkan, para penjahat kerap kali merekrut anak buah di dalam penjara. Di sana, mereka berkonsolidasi dan membentuk sebuah kelompok baru. Terutama soal kejahatan jalanan, seperti ranmor dan lainya.

"Memang begitu, banyak pemimpin-pemimpin kelompok penjahat ini justru bertemu anak buah baru di dalam penjara. Lalu setelah keluar saling menghubungi, kemudian beraksi bersama membentuk kelompok baru,” ucap Siswono.

Belajar kejahatan dari penjara

Kriminolog Universitas Indonesia Eko Haryanto mengatakan, belajar kejahatan dari dalam penjara merupakan pilihan rasional setiap narapidana. Di dalam, mereka berbagi pikiran dan saling belajar satu sama lain mengenai trik-trik kejahatan.

"Kalau itu seperti pilihan rasional mereka. Orang yang masuk dalam penjara ini saling tukar pikiran. Kalau masuk ke dalam mereka saling berbicara pasal berapa. Dari situ itu dia mengatakan melakukan kejahatan apa,” kata Eko saat dihubungi Kompas.com, Jakarta, Jumat (19/6/2015).

Dari sana, Eko menyebut ada prestige yang ditunjukkan oleh para narapidana. Semakin lihai mereka melakukan kejahatan, maka semakin tinggi prestige mereka.

“Napi-napi lain belajar dari orang yang terlihat menarik itu. Misalnya dia tukang copet, begtiu kenal ada ranmor, kayaknya lebih asik. Nah sharing mereka. Di sini ada proses belajar differential association,” kata Eko.

Differential association sender diperkenalkan oleh Edwin Sutherland. Salah satu poin penting dalam teori tersebut, kata Eko, seseorang belajar perilaku kejahatan termasuk di dalamnya teknik kejahatan dan motivasi mereka.

“Ini ada proses belajar yang baik. Ada istilah penjara sebagai sekolah tinggi kejahatan,” ucap Eko.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gambelz Ditahan, Ini Alasan Polisi

Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gambelz Ditahan, Ini Alasan Polisi

Megapolitan
Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Megapolitan
Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Megapolitan
Polres Bogor Buat Aplikasi 'SKCK Goes To School' untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Polres Bogor Buat Aplikasi "SKCK Goes To School" untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Megapolitan
Depresi, Epy Kusnandar Tak Dihadirkan dalam Konferensi Pers Kasus Narkobanya

Depresi, Epy Kusnandar Tak Dihadirkan dalam Konferensi Pers Kasus Narkobanya

Megapolitan
19 Mei, Ada Kahitna di Bundaran HI dalam Acara Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta

19 Mei, Ada Kahitna di Bundaran HI dalam Acara Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta

Megapolitan
Epy Kusnandar Ditetapkan sebagai Tersangka Kasus Dugaan Penyalahgunaan Narkoba, Kini Direhabilitasi

Epy Kusnandar Ditetapkan sebagai Tersangka Kasus Dugaan Penyalahgunaan Narkoba, Kini Direhabilitasi

Megapolitan
Istri Oknum Pejabat Kemenhub Sebut Suaminya Tak Hanya Injak Kitab Suci, tapi Juga Lakukan KDRT

Istri Oknum Pejabat Kemenhub Sebut Suaminya Tak Hanya Injak Kitab Suci, tapi Juga Lakukan KDRT

Megapolitan
Polisi Harap Rekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar Langsung di TKP

Polisi Harap Rekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar Langsung di TKP

Megapolitan
Oknum Pejabat Kemenhub Ucap Sumpah Sambil Injak Kitab Suci untuk Buktikan Tak Selingkuh

Oknum Pejabat Kemenhub Ucap Sumpah Sambil Injak Kitab Suci untuk Buktikan Tak Selingkuh

Megapolitan
Kumpulkan 840.640 KTP, Dharma Pongrekun Juga Unggah Surat Dukungan untuk Perkuat Syarat Cagub Independen

Kumpulkan 840.640 KTP, Dharma Pongrekun Juga Unggah Surat Dukungan untuk Perkuat Syarat Cagub Independen

Megapolitan
Kronologi Tabrak Lari di Gambir yang Bikin Ibu Hamil Keguguran, Pelat Mobil Pelaku Tertinggal di TKP

Kronologi Tabrak Lari di Gambir yang Bikin Ibu Hamil Keguguran, Pelat Mobil Pelaku Tertinggal di TKP

Megapolitan
Ulah Nekat Pria di Jakut, Curi Ban Beserta Peleknya dari Mobil yang Terparkir gara-gara Terlilit Utang

Ulah Nekat Pria di Jakut, Curi Ban Beserta Peleknya dari Mobil yang Terparkir gara-gara Terlilit Utang

Megapolitan
Dharma Pongrekun Unggah 840.640 Dukungan Warga DKI ke Silon, KPU: Syarat Minimal Terpenuhi

Dharma Pongrekun Unggah 840.640 Dukungan Warga DKI ke Silon, KPU: Syarat Minimal Terpenuhi

Megapolitan
Istri Oknum Pejabat Kemenhub Akui Suaminya Ucap Sumpah Sambil Injak Kitab Suci

Istri Oknum Pejabat Kemenhub Akui Suaminya Ucap Sumpah Sambil Injak Kitab Suci

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com