Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menanti Wajah Baru Pasar Rumput

Kompas.com - 22/06/2015, 23:19 WIB

KOMPAS - Purwanti (52), pedagang makanan di Pasar Rumput, Jakarta Selatan, tengah melayani pembelinya, Kamis (18/6). Di dekatnya, seorang anak berusia 6 tahun terlelap. Anak itu berbaring di atas kardus dan tumpukan pakaian. "Ini cucu saya," katanya sambil mengelus kepala bocah perempuan itu.

Kios yang disewa Rp 200.000 per bulan dan berukuran sekitar 3 meter persegi itu difungsikan juga sebagai tempat tinggal Purwanti dan keluarganya. Di dalam kios ada meja tripleks untuk meletakkan dagangan nasi, lauk, pauk, dan sayuran. Ada pula televisi berukuran 14 inci. Di atas kios, Purwanti menjemur baju dan celana.

Purwanti sudah tinggal di kawasan Pasar Rumput itu selama puluhan tahun sejak ia dan orangtuanya meninggalkan daerah asal di Bantul, Yogyakarta, untuk mengadu nasib di Ibu Kota, 50 tahun silam.

Empat dari lima anaknya kini sudah dewasa dan memilih tinggal di tempat lain. Selain bersama salah satu cucunya, kini Purwanti tinggal dengan suami dan anak bungsunya di Pasar Rumput. Mereka biasa tidur di mana saja, di dalam los sayur, di atas tangga, atau di emperan lorong pasar.

Nur (40), pedagang lain di Pasar Rumput, mengatakan, penghasilannya sebagai penjual makanan tak mencukupi untuk sewa rumah. "Saya sudah 20 tahun tinggal di sini," kata ibu lima anak itu.

Nur sadar Pasar Rumput bukan lokasi ideal untuk tempat tinggal keluarganya. Kondisi pasar yang dibangun tahun 1974 itu tak layak huni. "Saya tak tahu harus pindah ke mana lagi. Saya tak punya biaya sewa kontrakan," kata Nur.

Nur dan Purwanti, serta orang-orang lain yang tinggal di pasar itu kini mempertanyakan masa depan mereka jika kawasan Pasar Rumput jadi dirombak dan dibangun ulang.

Strategis tetapi kumuh

Edo, Kepala Pasar Rumput, mengatakan, pasar akan diperbaiki dan dibangun menjadi 24 lantai. Selain dipakai untuk pasar modern, pasar juga akan difungsikan sebagai rumah susun sederhana sewa (rusunawa). Oleh sebab itu, sebanyak 1.500 pedagang harus direlokasi sementara. "Saya belum tahu kapan," tutur Edo.

Menurut rencana, lantai 1 dan lantai 2 gedung baru nanti tetap akan difungsikan sebagai pasar, sedangkan lantai 3 dipakai untuk ruang publik. Di lantai 4-24 akan dijadikan rusunawa.

Sesuai data PD Pasar Jaya, Pasar Rumput dibangun sekitar tahun 1970 dengan 1.782 kios. Pasar berdiri di lahan seluas 22.740 meter persegi di tepi Jalan Sultan Agung, penghubung antara Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Jakarta Pusat.

Pasar Rumput berada di lokasi yang sangat strategis, tetapi kini kondisinya amat memprihatinkan. Atap pasar ini bolong-bolong, keramik lantai pecah-pecah, tangga berkarat, dan dinding kios retak. Di lantai atas, berserak sampah berbau menyengat.

Bangunan tiga lantai itu pernah terbakar pada 2014. Bekas- bekas kebakaran masih terlihat di tiang-tiang beton di lantai 3, dibiarkan begitu saja tanpa ada perbaikan. Sejumlah kios di lantai 2 difungsikan menjadi diskotek, kelab malam, panti pijat, dan salon.

Simpul TOD

Pasar Rumput merupakan salah satu simpul pengembangan kawasan terpadu yang terintegrasi angkutan massal (transit oriented development/TOD) di Manggarai. Fungsi utama pasar ini nantinya adalah tempat hunian sekaligus pasar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Megapolitan
Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Megapolitan
Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Megapolitan
Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com