Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok Sempat Luapkan Kemarahan di Kamar Mandi

Kompas.com - 28/07/2015, 08:49 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Sebelum membuka JakBook & Edu Fair 2015 di Parkir Timur Senayan, Senin (27/7/2015), Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama rupanya sudah meluapkan kemarahannya di kamar mandi. Hal itu dilakukan untuk mencegah agar dia mengeluarkan kata-kata tak patut di depan para siswa.

"Saya tadi sempat bingung datang ke sini, bagaimana saya datang jangan marah. Karena orang kampung, 'korslet', ngomong yang tidak baik. Ya sudah, saya marah-marah di WC saja, tadi di kamar mandi," kata pria yang akrab disapa Ahok itu saat membuka acara tersebut.

Basuki pun menceritakan bahwa sebelum membuka pameran buku, dia menerima orangtua siswa yang mengeluhkan mahalnya harga buku tulis, alat tulis, dan perlengkapan sekolah lainnya dalam pameran tersebut.

Keluar dari Balai Kota, Basuki terlihat tanpa senyum. Bahkan, dia seharusnya membuka pameran pada pukul 16.00, tetapi baru tiba pada pukul 16.30.

Awalnya, Ahok sudah banyak mengonsepkan hal-hal yang akan disampaikan pada pameran itu. Ia berpikir, bila tahun lalu pameran yang sama dikunjungi 350.000 orang, lalu jika tahun ini ditambah 489.000 peserta Kartu Jakarta Pintar (KJP), maka para pembeli seharusnya mendapat potongan harga lebih banyak karena penjualan akan lebih banyak.

"Akan tetapi, apa yang terjadi di pedagang sini, otaknya juga muter yang pedagang di sini. Tidak usah orang lain belanja saja, saya sudah mendapat pembeli melebihi tahun lalu, 489.000 orang, dan ada salah komunikasi dari para guru."

"Guru ini baik. Kalau tidak belanja di sini, maka tidak dikasih KJP lagi. Padahal, (harga) barang di sini yang dijual kurang ajar. Harganya lebih mahal daripada di pasar," ungkapnya.

Pernyataan Ahok tersebut diamini orangtua yang mendengarkan sambutannya.

"Ini menurut saya kurang ajar. Ini mau mengais keuntungan dari orang yang tidak mampu," ucapnya.

Ia pun melihat sebuah bon yang sudah dipegangnya dari orangtua siswa yang sudah belanja pada pameran tersebut. Ia menuturkan, pulpen satu boks saja di pasaran bisa dibeli dengan harga Rp 30.000, sementara dalam pameran tersebut dihargai Rp 40.000.

"Kalau harga sama saja saya kecewa, apalagi lebih mahal. Buku tulis Campus di sini Rp 42.000, di pasaran hanya Rp 37.000, lebih mahal Rp 5.000 malahan. Ini saya cek ini. Lalu ada lagi satu pack buku gambar, di sini Rp 55.000, di Asemka atau Tanah Abang gitu ya, di pasar pagi, hanya Rp 27.000. Jadi, ini tidak pantas. Harusnya di sini lebih murah," ucapnya. (Adu Suhendi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Megapolitan
Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Megapolitan
Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Megapolitan
Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Megapolitan
Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Megapolitan
Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Megapolitan
PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com