Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak-anak Ini Membagi Waktu Antara Belajar dan Mengamen

Kompas.com - 30/07/2015, 19:01 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com - Bekerja seharusnya dilakoni oleh orang dewasa, bukan anak-anak. Namun dengan kondisi hidup yang serba kekurangan, sejumlah anak-anak jalanan di Depok, Jawa Barat, terpaksa mencari tambahan uang dengan mengamen dan membantu pedagang-pedagang di pasar.

Tetapi, mereka melakukan itu tidak mengesampingkan keinginan untuk belajar.
Hal itulah yang dilakukan sehari-hari oleh Aduy (12).

Anak kedua dari tiga bersaudara itu sempat sekolah di salah satu SD negeri di Depok namun pendidikannya terhenti saat dia duduk di bangku kelas 5 SD. [Baca: "Yang Hidupnya Kayak Dodo Ada Banyak, Mereka Sangat Semangat Belajar"]

Orangtuanya yang kerja serabutan kesulitan membiayai uang sekolah Aduy dan kakaknya sehingga dia putus sekolah. Keseharian Aduy di kala masih sekolah dulu sudah cukup sibuk.

Dia membantu orangtuanya berjualan makanan di warung sederhana setelah pulang sekolah dan terkadang ikut ibunya belanja di pasar sebelum jam masuk sekolah. 

Saat usaha makanan orangtuanya tidak berhasil, Aduy pun mengamen di daerah Depok. Singkat cerita, Aduy diajak temannya untuk belajar di Sekolah Master. Aduy pun masuk dan diajar di kelas SMP. [Baca: Cerita Pengamen Depok yang Lulus Masuk Universitas Indonesia]

"Mengamen pagi sampai sore saja, malamnya enggak mengamen, biasa ramainya kalau pas pulang kerja," kata Aduy di Sekolah Master, Depok, Kamis (30/7/2015).

Jam belajar di Sekolah Master seperti sekolah biasa pada umumnya, dari pagi sampai siang hari. Selepas jam sekolah, Aduy masih sering bermain di lingkungan Sekolah Master dilanjutkan dengan mengamen di dekat Terminal Depok. [Baca: Biaya Semester Pengamen Lolos ke UI Ditetapkan Paling Rendah]

Kisah anak jalanan lainnya, Hendi (20), tidak jauh berbeda dengan Aduy. Hendi mengaku tetap mengamen untuk membantu keluarganya mendapatkan uang tambahan. "Kalau enggak mengamen, nanti saya makan apa. Duitnya kan pas-pasan," tutur Hendi.

Staf Lembaga Sekolah Master Mustomi menjelaskan, sebagian besar anak-anak jalanan yang bersekolah di Sekolah Master belum sepenuhnya melepas kebiasaan selama hidup di jalan.

Namun, sejak mereka sekolah dan bergaul sesama anak Sekolah Master, sifat mereka jadi berbeda.

"Pelan-pelan kita tanamkan, pentingnya belajar, berpikir untuk masa depan. Dikasih pemahaman supaya hidup mereka jadi berkualitas. Bisa jaga kesehatan. Minimal mengurangi yang buruk-buruk. Enggak bisa sekaligus," ujar Mustomi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com