Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Dulu Datang ke Bandara Mau Duduk Harus Pesan Makan Minum, Sekarang Tidak Lagi"

Kompas.com - 04/09/2015, 21:17 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com — Ruang publik di Bandara Soekarno-Hatta akan ditambah dengan cara mengorbankan 20 persen ruang yang digunakan sejumlah tenant di seluruh wilayah bandara.

Meski bukan hal baru lagi, manajemen PT Angkasa Pura II mengklaim, kebijakan ini bisa menambah ruang publik secara signifikan di kawasan bandara, terutama di tiap-tiap terminal.

"Jadi, banyak area publik yang dipakai buat komersial sekarang buat publik. Kalau dulu itu orang datang ke bandara mau duduk harus pesan minum, pesan makan, yang ini kita harus ubah," kata Direktur Komersial PT Angkasa Pura II Faik Fahmi kepada Kompas.com, Jumat (4/9/2015).

Salah satu dampak kebijakan pengurangan ruang untuk tenant ini, kata dia, adalah berkurangnya pemasukan terhadap PT Angkasa Pura II di Bandara Soekarno-Hatta. Perkiraan pemasukan yang berkurang adalah sekitar Rp 16 miliar.

Meski demikian, kebijakan ini disebut sudah menjadi keputusan final perseroan. Pembongkaran tenant-tenant di Bandara Soekarno-Hatta telah dilakukan sejak bulan Mei 2015.

Khusus untuk area keberangkatan Terminal 2 E, D, dan F, perseroan akan menyediakan kursi-kursi sebanyak 380 buah.

Jenis area publik yang akan menggantikan area tenant adalah tempat duduk dan ruang tunggu. Sementara itu, di beberapa titik, mereka tidak akan meletakkan kursi dan fasilitas apa pun demi memperluas akses penumpang yang lewat di lobi-lobi terminal.

Pada jam-jam sibuk, volume jumlah penumpang di Bandara Soekarno-Hatta memang cukup padat. Para penumpang yang tidak kedapatan tempat duduk biasanya memilih untuk duduk di lantai dalam dan luar lobi terminal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com